Surabaya (Antara Jatim) - Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Jawa Timur, memaparkan rencana pembuatan "Science and Technology Park" atau Technopar sebagai pusat riset dan edukasi teknologi kepada Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir.
"Secara umum, terdapat empat rencana kebutuhan Technopark yang meliputi sektor maritim, teknologi informasi & komunikasi, otomotif, dan industri kreatif," kata Kepala Badan Inovasi dan Bisnis Ventura (BIBV) ITS Raja Oloan Saut Gurning dalam forum Diskusi Hasil-hasil Riset dan Technopark ITS di depan Menristekdikti di Surabaya, Kamis.
Selain itu, ia menambahkan inovasi ITS juga telah masuk ke tahapan hilirisasi pada bidang maritim, beberapa inovasi tersebut meliputi produk desain, komponen kapal, produk kontainer kecil, rancang bangun sistem perpipaan, dan masih banyak lagi, sedangkan di bidang energi dan otomotif, inovasi yang telah digapai ITS meliputi bus listrik, motor listrik, komponen mobil, hingga produk electric car.
"Meski kami tidak memiliki program studi bidang pariwisata, namun di industri kreatif kami telah membantu mendesain pulau dengan modifikasi yang disiapkan sebagai objek wisata nantinya, seperti rencana kami pada pariwisata kepulauan yang dicanangkan dalam program pemerintah dan berharap Kemenristekdikti bisa mendukung upaya realisasinya," jelasnya.
Di sisi lain, Menristek dikti, Muhammad Nasir mengatakan bahwa Technopark bisa menjadi cara hilirisasi dan komersialisasi hasil penelitian, dan semestinya tidak hanya menjadi pajangan karena bidang sains melalui Technopark dapat menjadi arena edukasi masyarakat, sedangkan pada bidang teknologi dapat menjadi ajang komersialisasi inovasi.
"Perguruan tinggi harus memiliki silicon-valley, di mana ia bisa membuat lahan produk inovasi yang bisa dimanfaatkan oleh dunia usaha, dan diharapkan para peneliti bisa menghasilkan riset yang bisa dipublikasikan, bukan semata-mata dinikmati oleh peneliti," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, secara nasional masih banyak yang harus diperjuangkan untuk mencapai sasaran mutu pendidikan tinggi. Jumlah perguruan tinggi yang masuk 500 perguruan tinggi terbaik dunia, peningkatan jumlah publikasi yang masuk indeks bereputasi, dan jumlah perguruan tinggi yang terakreditasi unggul.
"Ada juga jumlah program studi yang terakreditasi unggul, serta jumlah program studi yang terakreditasi internasional adalah di antara sasaran mutu pendidikan tinggi yang masih jauh dari harapan, sehingga kami mendukung meningkatkan mutu pendidikan agar beberapa universitas bisa masuk dalam 500 universitas top dunia," ungkapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Secara umum, terdapat empat rencana kebutuhan Technopark yang meliputi sektor maritim, teknologi informasi & komunikasi, otomotif, dan industri kreatif," kata Kepala Badan Inovasi dan Bisnis Ventura (BIBV) ITS Raja Oloan Saut Gurning dalam forum Diskusi Hasil-hasil Riset dan Technopark ITS di depan Menristekdikti di Surabaya, Kamis.
Selain itu, ia menambahkan inovasi ITS juga telah masuk ke tahapan hilirisasi pada bidang maritim, beberapa inovasi tersebut meliputi produk desain, komponen kapal, produk kontainer kecil, rancang bangun sistem perpipaan, dan masih banyak lagi, sedangkan di bidang energi dan otomotif, inovasi yang telah digapai ITS meliputi bus listrik, motor listrik, komponen mobil, hingga produk electric car.
"Meski kami tidak memiliki program studi bidang pariwisata, namun di industri kreatif kami telah membantu mendesain pulau dengan modifikasi yang disiapkan sebagai objek wisata nantinya, seperti rencana kami pada pariwisata kepulauan yang dicanangkan dalam program pemerintah dan berharap Kemenristekdikti bisa mendukung upaya realisasinya," jelasnya.
Di sisi lain, Menristek dikti, Muhammad Nasir mengatakan bahwa Technopark bisa menjadi cara hilirisasi dan komersialisasi hasil penelitian, dan semestinya tidak hanya menjadi pajangan karena bidang sains melalui Technopark dapat menjadi arena edukasi masyarakat, sedangkan pada bidang teknologi dapat menjadi ajang komersialisasi inovasi.
"Perguruan tinggi harus memiliki silicon-valley, di mana ia bisa membuat lahan produk inovasi yang bisa dimanfaatkan oleh dunia usaha, dan diharapkan para peneliti bisa menghasilkan riset yang bisa dipublikasikan, bukan semata-mata dinikmati oleh peneliti," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, secara nasional masih banyak yang harus diperjuangkan untuk mencapai sasaran mutu pendidikan tinggi. Jumlah perguruan tinggi yang masuk 500 perguruan tinggi terbaik dunia, peningkatan jumlah publikasi yang masuk indeks bereputasi, dan jumlah perguruan tinggi yang terakreditasi unggul.
"Ada juga jumlah program studi yang terakreditasi unggul, serta jumlah program studi yang terakreditasi internasional adalah di antara sasaran mutu pendidikan tinggi yang masih jauh dari harapan, sehingga kami mendukung meningkatkan mutu pendidikan agar beberapa universitas bisa masuk dalam 500 universitas top dunia," ungkapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015