Tulungagung (Antara Jatim) - Tren perubahan perilaku konsumen yang kini lebih menyukai model transaksi secara "online" atau dalam jaringan (daring) ditengarai telah menyebabkan omzet penjualan produk konveksi dengan cara konvensional (langsung) turun drastis dalam beberapa tahun terakhir.
"Konsumen sekarang lebih suka belanja melalui 'olshop' (online shop/toko online) karena dianggap lebih praktis dan efisien," kata seorang pelaku usaha konveksi di Tulungagung, Jawa Timur, Mohammad Ali Said, Jumat.
Kendati tidak melihat barang secara langsung, lanjut dia, konsumen toko online umumnya merasa dimudahkan oleh media internet karena bisa belanja tanpa harus bepergian.
Memang tidak setiap barang yang dibeli sesuai dengan gambaran yang ditampilkan di internet.
Namun menurut Ali, aktivitas transaksi secara daring telah membuat geliat industri dan perdagangan yang masih mengandalkan pola komunikasi/interaksi langsung mengalami penurunan signifikan.
Menurut dia, selain menjadi gaya hidup, tren transaksi secara online terutama marak dilakukan para konsumen yang tinggal di daerah-daerah terpencil/jauh.
Mereka bisa dengan mudah memilih barang yang secara fisik sulit dijangkau dari tempat tinggalnya.
"Orang Pacitan, misalnya, mereka bisa membeli dan memilih kain yang diinginkan hanya dengan membuka internet lalu memesannya secara online. Barang akan dikirim melalui jasa pengiriman yang biayanya lebih murah dibanding hatus beli langsung ke toko," ujarnya.
Dampaknya, lanjut dia, omzet penjualan secara langsung melalui toko ataupun sales secara keliling dari satu tempat ke tempat lain mengalami penurunan.
Hal serupa dialami kalangan pengusaha konveksi, kendati mereka tidak melakukan penjualan secara langsung seperti halnya jaringan pedagang atau distributor.
Namun menurut Ali, turunnya omzet penjualan di jalur distributor yang mengandalkan pola konvesional telah menyebabkan permintaan produk dari pabrik/industri juga mengalami penurunan cukup signifikan.
Tahun ini, persentase penurunannya mencapai 60 persen. Bahkan sisa produk tahun lalu dijual sekarang tidak habis karena sudah ketinggalan mode," ungkapnya.
Tidak hanya Ali yang "menderita" akibat dampak globalisasi sistem perdagangan secara online.
Ketua kelompok usaha bersama "Ta'awun" ini menyebut kondisi lebih buruk dialami kalangan pengusaha lain yang selama ini mengandalkan hutang kain bahan yang diberikan toko tekstil.
"Banyak di antara mereka yang sekarang kesulitan membayar rentabilitas ke toko kain karena tak ada penjualan, atau transaksi yang jauh menurun," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Konsumen sekarang lebih suka belanja melalui 'olshop' (online shop/toko online) karena dianggap lebih praktis dan efisien," kata seorang pelaku usaha konveksi di Tulungagung, Jawa Timur, Mohammad Ali Said, Jumat.
Kendati tidak melihat barang secara langsung, lanjut dia, konsumen toko online umumnya merasa dimudahkan oleh media internet karena bisa belanja tanpa harus bepergian.
Memang tidak setiap barang yang dibeli sesuai dengan gambaran yang ditampilkan di internet.
Namun menurut Ali, aktivitas transaksi secara daring telah membuat geliat industri dan perdagangan yang masih mengandalkan pola komunikasi/interaksi langsung mengalami penurunan signifikan.
Menurut dia, selain menjadi gaya hidup, tren transaksi secara online terutama marak dilakukan para konsumen yang tinggal di daerah-daerah terpencil/jauh.
Mereka bisa dengan mudah memilih barang yang secara fisik sulit dijangkau dari tempat tinggalnya.
"Orang Pacitan, misalnya, mereka bisa membeli dan memilih kain yang diinginkan hanya dengan membuka internet lalu memesannya secara online. Barang akan dikirim melalui jasa pengiriman yang biayanya lebih murah dibanding hatus beli langsung ke toko," ujarnya.
Dampaknya, lanjut dia, omzet penjualan secara langsung melalui toko ataupun sales secara keliling dari satu tempat ke tempat lain mengalami penurunan.
Hal serupa dialami kalangan pengusaha konveksi, kendati mereka tidak melakukan penjualan secara langsung seperti halnya jaringan pedagang atau distributor.
Namun menurut Ali, turunnya omzet penjualan di jalur distributor yang mengandalkan pola konvesional telah menyebabkan permintaan produk dari pabrik/industri juga mengalami penurunan cukup signifikan.
Tahun ini, persentase penurunannya mencapai 60 persen. Bahkan sisa produk tahun lalu dijual sekarang tidak habis karena sudah ketinggalan mode," ungkapnya.
Tidak hanya Ali yang "menderita" akibat dampak globalisasi sistem perdagangan secara online.
Ketua kelompok usaha bersama "Ta'awun" ini menyebut kondisi lebih buruk dialami kalangan pengusaha lain yang selama ini mengandalkan hutang kain bahan yang diberikan toko tekstil.
"Banyak di antara mereka yang sekarang kesulitan membayar rentabilitas ke toko kain karena tak ada penjualan, atau transaksi yang jauh menurun," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015