Pengusaha Konveksi Antisipasi Produk Busana Muslim China
Sabtu, 16 Juli 2011 14:10 WIB
Tulungagung - Sejumlah pelaku usaha konveksi di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mulai mengantisipasi membanjirnya produk busana muslim asal China di pasaran dalam negeri.
Menurut salah satu pengusaha konveksi di sentra koveksi Kelurahan Botoran, Kecamatan Tulungagung, Andrianto (38), masuknya produk busana muslim asal China ke Indonesia menjadi ancaman serius bagi kelangsungan usaha mereka.
Sebab, harga jual produk asal negeri tirai bambu tersebut cenderung lebih murah sehingga dikhawatirkan merusak produk sejenis dari industri lokal.
"Selama ini ancaman pengusaha konveksi di Indonesia hanyalah produk asal China. Jika mereka mulai memproduksi busana muslim, maka pengusaha kita dalam ancaman besar," ujarnya.
Dikisahkan Andrianto, sebelumnya para pengusaha konveksi di lingkungan Kelurahan Botoran mayoritas memproduksi pakaian umum. Namun masuknya produk pakaian jadi asal China membuat produk mereka kalah bersaing di pasaran lokal. Akibatnya, banyak pengusaha konveksi gulung tikar.
Beberapa pengusaha yang mencoba bertahan dengan mengalihkan usahanya ke membuat produk pakaian muslim. Strategi tersebut cukup berhasil, karena produsen China tidak memproduksi busana muslim.
"Rata-rata yang saat ini bertahan beralih memproduksi busana muslim, karena tidak ada saingan dari produk China. Dengan memproduksi busana muslim itulah kami bertahan," katanya.
Produk asal China patut diwaspadai karena terkenal mempunyai kwalitas bagus dengan harga yang jauh lebih murah dan mereka juga lebih progresif menembus pasar di seluruh dunia.
Andri mengisahkan, sekitar setahun lalu dirinya pernah melakukan perjalanan umroh ke Arab Saudi dan membeli busana muslim asal China. Sepulang dari Arab, Andri yang melakukan survei pasar menemukan produk serupa di pasar grosir di Jakarta dan Surabaya.
"Bisa dibayangkan produk mereka (produsen China), bisa menjual produk mereka di Arab Saudi dan di Indonesia dalam waktu yang bersamaan. Kalau sudah ada pasar grosir Jakarta dan Surabaya, sebentar lagi pasti akan tersebar ke seluruh Indonesia," ujarnya.
Namun diakui Andri, sejauh ini masuknya produk busana muslim ke pasar Indonesia belum mempengaruhi pemasaran produk lokal, sebab produk China terlalu umum dan belum menyerap motif-motif budaya lokal.
Sebagai strategi menghadapai persaingan, Andri menekankan agar produsen lokal lebih banyak menyerap motif-motif lokal sehingga lebih diminati konsumen lokal.
"Menurut saya produk China belum bisa diterima karena motif mereka masih sangat umum dan belum bisa menyerap motif-motif lokal Indonesia. Karenanya, cara ini yang kita pakai untuk menguasai pasar lokal kita," tegasnya.*