Oleh Maria Rosari Jakarta (Antara) - Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa menyatakan petani Indonesia mampu meningkatkan produksi pertanian tanpa menambah luas lahan. "Sederhana saja, kita bisa buat program '25 ribu desa mandiri benih', yang saya yakin mampu meningkatkan produktivitas lokal tanpa harus menambah luas lahan. Niscaya 2019 Indonesia bisa capai swasembada beras," ujar Andreas kepada Antara ketika dijumpai usai diskusi mengenai kedaulatan pangan di Jakarta. Andreas mengatakan bahwa program 25 ribu desa mandiri benih ini perlu dilakukan, karena menurut dia, selama ini konsep yang menyatakan bahwa benih unggul di satu wilayah bisa unggul di tempat lain adalah salah. "Konsep saat ini mulai berubah ke lokalitas. Ini yang harus dibangkitkan. Konsep satu benih unggul bisa untuk semua itu salah kaprah," katanya. Dia kemudian memberikan contoh bahwa benih unggul di Papua belum tentu berhasil bila ditanam di Jawa Barat. "Jangankan antarprovinsi, antardesa saja belum tentu berhasil. Contohnya benih unggul di Karanganyar, ketika ditanam di Karangpandan malah menurun hasil produksinya," katanya. Menurut Andreas, peningkatan varietas unggulan di tiap wilayah akan memberikan dampak besar, karena mampu meningkatkan produktivitas pertanian tanpa harus menambah luas lahan. "Sekitar 60 persen keberhasilan atau kegagalan usaha tani itu ditentukan oleh benih," ucap Andreas. Dia menambahkan bahwa dengan meningkatnya produktivitas di tiap wilayah berkat benih unggul lokal, Indonesia bisa meningkatkan produksi beras dari lima ton gabah kering giling menjadi 5,5 ton gabah kering giling per hektare. Gabah kering giling sebesar 5,5 ton itu bila dikonversi menjadi gabah kering panen sama dengan 6,6 ton. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014