Bojonegoro - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di , siaga banjir sejak tiga hari lalu karena ketinggian air meninunjukkan peningkatan akibat pasokan dari daerah hulu Jawa Tengah (Jateng). Meski demikian, lanjutnya, ketinggian air di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer ke arah hulu Kota Bojonegoro, yang semula airnya jauh di bawah siaga banjir menunjukkan kencenderungan sejak sehari lalu. Data di posko setempat, ketinggian air di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, yang semula sekitar 23,00 meter, naik menjadi 25,82 meter pagi tadi. "Ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro yang semula tidak terbaca papan duga kembali naik kembali sekitar 12,35 meter," ucapnya. Kewaspadaan menghadapi ancaman banjir luapan Bengawan Solo juga disampaikan Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, MZ. Budi Mulyono. Ia mengatakan, sesuai perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peluang hujan yang bisa menimbulkan banjir di Bojonegoro dan sekitarnya hingga Maret. "Kami selalu memantau data curah hujan melalui internet yang dikeluarkan BMKG," jelasnya. Sesuai data di BPBD setempat, banjir Bengawan Solo di wilayah setempat ketinggian air tertinggi di Bojonegoro mencapai 15,37 meter (siaga III), pada 17 Februari. Luapan banjir merendam 97 desa di 13 kecamatan, di antaranya Kecamatan Kalitidu, Malo, Trucuk, Dander, Kota, Balen, Kapas, Kanor dan Baureno, dengan jumlah warga yang terkena dampak banjir 5.938 kepala keluarga (KK), di antaranya 3.022 jiwa mengungsi. Selain itu, banjir juga merendam tanaman padi 4.104 hektare, palawija 492 hektare serta prasarana dan sarana umum lainnya. "Kerugian banjir kami perkirakan mencapai Rp11 miliar lebih, terbesar akibat rusaknya tanaman padi," jelas Kepala BPBD Bojonegoro, Kasiyanto. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013