Surabaya (ANTARA) - Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung
Dari segala dosa yang besar
Tidak ada yang dapat mengampuni segala dosa
Kecuali Tuhan semesta alam
Doa istighfar yang dilantunkan seorang bocah menggema melalui berbagai platform media sosial seiring ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, saat lebih dari seratus santri menunaikan salat asar berjamaah pada Senin, 29 September 2025.
Salah satu santri yang tertimpa reruntuhan bangunan adalah Achmad Haikal Fadil Alfatih, yang melantunkan doa istighfar (doa memohon ampunan) itu.
'
Bocah 12 tahun ini merekam suaranya di ponsel milik sang kakak saat liburan perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW di rumah, Desa Sendang Dajah, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Sebenarnya direkam menggunakan video, hanya saja Haikal menutupi kameranya sehingga hanya terdengar suaranya.
Konon rekaman suaranya yang melantunkan doa istighfar dengan syahdu nan indah itu sengaja ditinggalkan di rumah sesaat sebelum kembali berangkat menuntut ilmu ke Ponpes Al Khoziny agar segenap keluarga tercinta bisa selalu mengenangnya.
Rekaman suara seorang santri yang akan terus dikenang di tengah tragedi yang menelan sebanyak 63 korban jiwa, serta puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Tim pencarian dan pertolongan (SAR) gabungan tak kunjung menemukan pelantun suara merdu doa istighfar itu hingga habis masa golden time, atau batas waktu yang diperkirakan para santri bisa bertahan hidup, di tengah timbunan puing-puing bangunan berlantai empat yang runtuh.
Pada 3 Oktober 2025, Tim SAR gabungan memutuskan melanjutkan proses evakuasi menggunakan alat berat yang sekaligus membersihkan material reruntuhan.
Sejak itu, satu persatu para santri yang ditemukan dari balik reruntuhan pasca masa golden time dibawa ke Pos Komando Disaster Victim Investigation (Posko DVI) Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) Surabaya untuk dilakukan proses identifikasi.
Badan SAR Nasional (Basarnas) menutup operasi pencarian korban pada 7 Oktober 2025, setelah selama 9 hari mengerahkan berbagai daya dan dan upaya menyingkirkan satu persatu puing bangunan musala Ponpes Al Khoziny yang ambruk demi mengevakuasi para santri.
Saat itu terdata sebanyak 171 korban telah terevakuasi, 104 santri di antaranya berhasil selamat.

yang telah teridentifikasi di Tenda Wali Santri Posko DVI Rumah Sakit Bhayangkara
Polda Jatim Surabaya, Rabu malam (15/10/2025). ANTARA/Hanif Nashrullah
Proses identifikasi
Proses identifikasi korban tidak kalah sulitnya sebagaimana tim SAR gabungan kesulitan menembus puing-puing beton demi mengangkat malaikat-malaikat kecil yang terjepit di dalamnya.
Posko DVI Rumah Sakit Bhayangakara Polda Jatim totalnya menerima sebanyak 67 kantong jenazah, delapan diantaranya berisi bagian tubuh santri, dari hasil evakuasi tim SAR gabungan yang ditutup pada 7 Oktober 2025.
Kepala Bidang (Kabid) DVI Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Republik Indonesia (Pusdokkes Polri) Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Wahyu Hidayati mengungkap kesulitan mengidentifikasi jenazah korban berusia anak-anak karena jaringan tubuhnya belum memiliki perkembangan yang khas seperti orang dewasa, sehingga semuanya relatif sama.
Sidik jarinya pun rata-rata telah rusak akibat terlalu lama tertimbun reruntuhan bangunan.
Bahkan bagi korban yang dievakuasi di hari terakhir jelang penutupan operasi SAR, kondisinya sudah tidak banyak mengandung asam deoksiribonukleat atau DNA.
"Bisa jadi karena sampel DNA-nya tidak sebagus seperti para korban lainnya yang telah teridentifikasi di awal," kata Kombes Pol Wahyu, menjelaskan.
Itulah kenapa Tim DVI Polda Jatim dalam sehari pada 7 Oktober lalu bisa merilis sebanyak 17 korban yang teridentifikasi. Namun pada 11 Oktober, hanya merilis seorang korban yang berhasil diidentifikasi.
Namun demikian, ada satu data antemortem yang ternyata sangat membantu proses identifikasi, yaitu dari foto senyum korban semasa hidup yang diserahkan oleh pihak keluarga ke Posko DVI Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim Surabaya.
Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes Pol Mohammad Khusnan Marzuki mengungkapkan semakin lebar senyum korban hingga memperlihatkan gigi-giginya di foto yang diserahkan oleh pihak keluarga, semakin mempermudah proses identifikasi.
"Data antemortem dari foto giginya bisa dicocokkan dengan postmortem pada jenazah korban dan itu sangat efektif," ucapnya.
Pencocokan data dari medis gigi itu memperkuat hasil uji DNA sehingga identifikasinya semakin tidak terbantahkan dengan persentase 99,99 persen.

di Tenda Wali Santri Posko DVI Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim Surabaya, Rabu malam (15/10/2025). ANTARA/Hanif Nashrullah
63 korban
Terdata total sebanyak 63 santri yang dilaporkan hilang diduga menjadi korban meninggal dunia dalam tragedi ambruknya musala di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo.
Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes Pol Mohammad Khusnan Marzuki menyatakan sejak awal masing-masing keluarga dari 63 santri yang dilaporkan hilang itu semuanya telah diminta menyerahkan foto dengan berbagai pose tersenyum, selain juga diambil sampel DNA-nya.
"Memang ada yang meski telah menyerahkan banyak foto dengan pose tersenyum tapi semuanya hanya memperlihatkan sedikit giginya. Jadi kami minta lagi barangkali ada foto dengan pose senyum yang lebih lebar lagi," tuturnya.
Rabu malam, 15 Oktober 2025, Tim DVI Polda Jatim menuntaskan proses identifikasi terhadap seluruh korban ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny.
Dari total 67 kantong jenazah yang diterima, teridentifikasi menjadi sebanyak 63 korban.
Total korban yang teridentifikasi itu sesuai dengan jumlah santri yang dilaporkan hilang oleh masing-masing keluarganya.
Kombes Pol Khusnan menyebut proses identifikasi terhadap seluruh korban lebih cepat dari yang sebelumnya diperkirakan selesai minggu depan.
Diakuinya mayoritas identitas korban terungkap dari foto-foto dengan berbagai pose senyum lebar yang diserahkan oleh masing-masing keluarganya di Posko Antemortem DVI Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim Surabaya.
Masing-masing kerabat dan keluarganya pun mengikhlaskan malaikat-malaikat kecil itu terbang dengan senyum terkembang.
Sebagaimana Mohammad Sholeh mengikhlaskan putranya Achmad Haikal Fadil Alfatih terbang ke surga setelah jenazahnya diumumkan teridentifikasi oleh Tim DVI Polda Jatim pada 12 Oktober 2025.
"Kelak, ajaklah Abi ke surga Allah yang paling tinggi, Nak," ucapnya sembari meraba lembut peti jenazah putra kelimanya yang hendak disalatkan di tenda Wali Santri Posko DVI Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim Surabaya, sebelum dibawa pulang untuk dikebumikan di Desa Sendang Dajah, Labang, Bangkalan.
Sholeh meyakini putranya meninggal dunia bersama sejumlah santri lainnya dalam kondisi husnul khotimah.
Terlebih tragedi itu menimpa saat para santri sedang salat asar berjamaah dan bisa jadi juga menunaikan ibadah puasa sunnah hari Senin, sehingga syahidnya diyakini berlipat-lipat.
Sampai hari ini, doa istighfar yang dilantunkan Haikal masih terdengar menggelayut, menjadi syiar yang menyayat hati agar setiap orang yang masih diberi kesempatan hidup selalu bersimpuh memohon ampun atas segala dosa-dosanya kepada Tuhan semesta alam.
Sholeh berharap suara putranya itu bisa menjadi ladang pahala.
