Banyuwangi (ANTARA) - Ratusan warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Banyuwangi, Jawa Timur, menjalani skrining kesehatan sebagai upaya deteksi dini penyakit menular tuberkulosis (TBC), pada Senin.
"Ini adalah upaya deteksi dini guna mencegah penularan di lingkungan Lapas, dan melakukan pengobatan yang tepat apabila terdapat warga binaan yang terjangkit," ujar Kepala Lapas Kelas IIA Banyuwangi, I Wayan Nurasta Wibawa di Banyuwangi.
Skrining tuberkulosis bagi warga binaan ini merupakan proses awal untuk mendeteksi kemungkinan adanya infeksi TBC dengan metode rontgen dada. Sekitar 900 orang warga binaan diperiksa kesehatannya secara bertahap selama empat hari ke depan.
Selain untuk mencegah penularan penyakit menular di lingkungan lapas, lanjut dia, skrining TBC itu juga menjadi bagian dari pemenuhan hak dasar narapidana.
I Wayan Nurasta menambahkan bahwa skrining tersebut merupakan implementasi dari hak dasar warga binaan, yakni hak untuk mendapatkan layanan kesehatan.
"Sehingga melalui skrining TBC ini, Lapas Banyuwangi berkomitmen penuh untuk menjaga dan melindungi kesehatan bagi seluruh warga binaan," tutur dia.
Menurutnya, jika dari hasil skrining terdapat warga binaan yang diduga terjangkit TBC akan dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan dahak. Jika positif, maka akan segera dilakukan pengobatan sesuai dengan standar protokol pengobatan TBC.
"Kami akan terus bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk pengobatan dan pencegahan, serta tindak lanjut apabila terdapat temuan TBC," kata dia.
Dalam kegiatan skrining TBC di Lapas Kelas IIA Banyuwangi juga bekerjasama berbagai pihak, Dinas Kesehatan Banyuwangi, RSUD Blambangan, Puskesmas Mojopanggung, Puskesmas Sobo dan Puskesmas Gladag.
Proses skrining juga melibatkan Tirta Medical Center sebagai pihak yang menyediakan peralatan skrining.
