Washington (ANTARA) - Program nuklir Iran telah mengalami penurunan selama satu hingga dua tahun akibat serangan udara terbaru AS, kata Juru Bicara Pentagon, Sean Parnell, pada Rabu.
“Kami telah menurunkan kemampuan program mereka selama satu hingga dua tahun. Setidaknya, penilaian intelijen di dalam departemen menilai seperti itu,” kata Parnell kepada wartawan.
“Kami memperkirakan lebih mendekati dua tahun, seperti memperlambat selama dua tahun,” sambungnya.
Penilaian AS terkait kerusakan pada tiga fasilitas nuklir utama Iran tetap “tidak berubah," kata Parnell.
Ia menambahkan bahwa lokasi-lokasi tersebut telah sepenuhnya dimusnahkan.
“Kami yakin kemampuan nuklir Iran telah mengalami penurunan yang serius, bahkan mungkin ambisi mereka untuk membuat bom,” ujar Parnell.
Ia juga menyebut bahwa penilaian lebih lanjut masih berlangsung.
AS menjatuhkan enam bom penghancur bunker di fasilitas nuklir Fordow pada 22 Juni dan meluncurkan puluhan rudal jelajah berbasis kapal selam ke dua lokasi lainnya di Natanz dan Isfahan sebagai bagian dari kampanye melawan program nuklir Iran.
Putaran keenam perundingan antara AS dan Iran dijadwalkan pada 15 Juni, namun Israel melancarkan serangan udara di situs militer, nuklir, dan sipil Iran pada 13 Juni.
Konflik 12 hari antara Israel dan Iran berakhir dengan gencatan senjata yang disponsori AS yang mulai berlaku pada 24 Juni.
“Departemen Pertahanan akan mendukung misi diplomatik untuk melanjutkan perdamaian itu dengan memastikan bahwa kami mempertahankan kapabilitas di seluruh Timur Tengah,” ucap Parnell.
Presiden Donald Trump dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth memiliki berbagai opsi militer yang tersedia untuk melindungi warga negara, tentara, dan pasukan AS di kawasan, katanya.
“Kami saat ini tidak memiliki pembaruan mengenai postur kekuatan di wilayah tanggung jawab CENTCOM,” ucap dia.
Ketika ditanya apakah Washington berencana untuk terus mengurangi kehadiran pasukannya di Suriah, Parnell menjawab bahwa AS masih memiliki sekitar 1.500 tentara di Suriah.
Sumber: Anadolu