Jakarta (ANTARA) - Selama ini, umumnya publik melihat ajang Indo Defence sebagai pameran persenjataan yang diproduksi perusahaan dalam dan luar negeri saja.
Di ajang tersebut, umumnya terjadi pembelian alat utama system senjata (alutsista) oleh pemerintah hingga terbangunnya kerja sama pengembangan teknologi pertahanan.
Namun demikian, Kementerian Pertahanan selaku penyelenggara memiliki misi lebih besar, yakni menciptakan perdamaian dunia.
Salah satunya dengan membantu negara-negara yang sebelumnya berseberangan untuk menjalin perdamaian melalui diplomasi militer.
Diplomasi militer ini bak jalan alternatif yang bisa ditempuh masing-masing negara untuk menciptakan celah dimulainya sebuah hubungan baik.
Hal ini mungkin saja terjadi mengingat acara yang berlangsung sejak 11 Juni 2025 hingga 14 Juni 2025 di Jakarta ini diikuti oleh 1.180 perusahaan dari 55 negara.
Dari negara anggota NATO, negara-negara Timur Tengah hingga beberapa pecahan Uni Soviet hadir dalam acara ini.
Mereka semua dapat berkumpul lantaran status Indonesia selaku negara non blok membuat ajang ini terlihat netral dan layak diikuti seluruh negara.
Kerja sama militer yang bisa terbentuk dalam acara ini bisa berupa latihan bersama ataupun perjanjian Transfer of Technology (ToT) yang disepakati antarpemimpin militer negara.
Tidak hanya antarpemimpin negara, perusahaan industri juga bisa hadir sebagai representasi negaranya untuk bekerja sama dengan industri pertahanan dari negara lain.
Walau tidak memberikan dampak perdamaian pada saat itu juga, setidaknya kerja sama ini dapat membuka celah terbukanya kolaborasi antarnegara yang berbeda kubu.
Indonesia pun melakukan teknik diplomasi militer dengan baik dalam Indo Defence tahun ini.
Itu terlihat dari kunjungan yang dilakukan beberapa petinggi militer, salah satunya Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal Maruli Simanjuntak ke beberapa petinggi militer dari negara lain pada hari ke-dua gelaran itu.
Dalam satu hari, Maruli menemui beberapa perwakilan negara dimulai dari delegasi Iran yang dipimpin Komandan Angkatan Darat Republik Islam Iran Brigadir Jenderal Kioumars Heydari.
Kemudian, KSAD melanjutkan pertemuan dengan delegasi Kanada yang dipimpin Wakil Komandan Komando Pasukan PBB Angkatan Darat Kanada Letjen Derek Macaulay.
Selanjutnya, KSAD melangsungkan pertemuan dengan delegasi Rusia yang dipimpin Wakil Direktur Federal Service for Military Technical Cooperation Federasi Rusia Mikhail Pethukov.
Berikutnya, KSAD bertemu dengan delegasi Kamboja yang dipimpin oleh Wakil Panglima Angkatan Darat Kerajaan Kamboja Letjen UoN Saroeun, serta delegasi Perancis yang dipimpin Direktur Persenjataan Nasional Prancis Letjen Gael Diaz de Tuesta.
Selain itu, KSAD juga melakukan pertemuan dengan delegasi Inggris yang dipimpin Direktur Pertahanan dan Keamanan Ekspor Kementerian Pertahanan Inggris Oliver Harry, serta Duta Besar Inggris untuk Indonesia Dominic Jermey.
Lalu, KSAD menyambung pertemuan dengan delegasi Republik Ceko yang dipimpin Duta Besar Republik Ceko untuk Indonesia Jaroslav Dolecek.
Selain dapat memperhangat hubungan baik antara Indonesia dan negara-negara tersebut, pertemuan itu juga dapat memperkuat pertahanan Indonesia di kawasan.
Indo Defence
Ajang Indo Defence 2025 terbukti mendapat respon baik dari industri pertahanan lokal maupun internasional. Di mata Industri dalam negeri, ajang ini jadi panggung yang berharga karena berkesempatan memamerkan produk dalam negeri ke dunia internasional.
"Dampaknya besar, karena kami bisa menjajaki kerja sama baru, baik dari dalam maupun luar negeri. Potensinya juga bisa mendukung penguatan supply chain di kami," kata Corporate Secretary PT Pindad Danurani Dyah Pertiwi.
Mencari pasar baru juga salah satu tujuan dari salah satu perusahaan pertahanan asal Prancis UNAC.
Benjamin Espana sebagai Business Defence Manager UNAC mengatakan Indonesia berpotensi menjadi pasar yang besar lantaran kekuatan militernya diperkirakan dapat menjadi salah satu kekuatan militer utama di kawasan Asia Tenggara.
Namun demikian, urusan mencari untung bukanlah hal utama yang dicari Benjamin. Dia mengatakan ajang ini juga dapat memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Prancis.
"Kemitraan antara Prancis dan Indonesia sangat penting. Bahkan, Presiden Prabowo dijadwalkan akan datang ke Prancis pada Hari Nasional kami. Itu menunjukkan betapa pentingnya hubungan ini bagi kedua negara," kata Benjamin.
Hingga akhir kegiatan Indo Defence, ada 17 penandatanganan kontrak kerja sama antara pemerintah dan industri pertahanan dalam negeri.
Selain itu, Indo Defence juga melahirkan 55 nota kesepahaman atau MoU antara perusahaan industri pertahanan yang terlibat dalam pameran.
MoU itu bisa berupa kerja sama pengembangan teknologi, ToT hingga offset atau pengembangan teknologi melalui pelatihan sumber daya manusia (SDM).
Walau demikian, Kemhan tidak menjelaskan secara rinci perusahaan dari negara-negara mana saja yang terlibat dalam MoU tersebut.
Dengan lahirnya 55 MoU itu, sudah cukup membuktikan bahwa Indo Defence berhasil menjadi jembatan penyambung tali perdamaian antar negara melalui kerja sama industri militer.
Efektif ciptakan perdamaian
Pengamat pertahanan dan keamanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES) Khairul Fahmi menilai dampak perdamaian dari Indo Defence tidak bisa langsung dirasakan begitu saja.
Metode ini tidak memberikan dampak secara langsung melainkan jangka panjang.
Menurut Fahmi, kerja sama bidang pertahanan merupakan salah satu alat yang dipakai jika diplomasi politik formil yang ditempuh sebuah negara tidak berjalan baik.
Terlebih jika dua negara yang ingin bekerja sama dibatasi dengan tembok blok politik tertentu.
Namun demikian, tembok nan keras itu dapat dikikis sedikit demi sedikit dengan hadirnya jembatan kerja sama militer atau antarindustri pertahanan.
Perlahan, lubang yang telah terbuka ini bisa melahirkan lembaran baru sebuah hubungan negara yang dapat menumbuhkan saling percaya satu sama lain.
Namun, Fahmi meyakini cara ini tidak selalu berhasil di beberapa negara. Terkadang ada beberapa negara yang urung menjalin kerja sama lantaran tembok politik formal itu begitu sulit ditembus.
Namun demikian, apa yang telah dilakukan pemerintah dengan menghadirkan forum ini patut diapresiasi.
”Kehadiran ajang seperti ini mendorong terciptanya strategic trust dan membuka channel komunikasi informal yang sering kali justru lebih efektif mencegah gesekan dan salah paham antarkekuatan militer, dibanding jalur diplomasi formal,” kata Fahmi.
Indo Defence memang tidak akan serta-merta mencegah perang. Tapi pada akhirnya menjadi simbol baru dari cara Indonesia memainkan peran global, tidak konfrontatif, tidak partisan, tetapi aktif membangun lebih banyak kerja sama dan kepercayaan strategis. Juga membuka ruang-ruang kolaborasi yang pada akhirnya menjadi fondasi perdamaian jangka panjang dan kemajuan bersama.