Monsanto Bantu Sarana Air Bersih Warga Tuban
Senin, 4 Juni 2012 19:32 WIB
Tuban - Perusahaan solusi teknologi dan produk pertanian Monsanto Indonesia mengucurkan bantuan sekitar Rp1,26 miliar guna pembangunan sarana air bersih untuk ribuan warga Desa Sambongrejo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Corporate Affairs Lead Monsanto Indonesia Herry Kristanto di Tuban, Senin, mengatakan, bantuan yang diberikan berupa pembangunan 200 unit sambungan distribusi air bersih, rehabilitasi 20 rumah warga, sanitasi, dan pelatihan pengembangan pertanian.
"Desa Sambongrejo merupakan salah satu desa di Tuban yang selalu mengalami kesulitan air bersih ketika memasuki musim kemarau, karena tidak adanya sumber air bersih," katanya saat mendampingi CEO Monsanto Indonesia Chris J Petterson meninjau pembangunan proyek tersebut.
Dalam pembangunan proyek tersebut, Monsanto Indonesia menggandeng lembaga nirlaba Habitat for Humanity (HFH) dan dijadwalkan seluruh pengerjaan proyek selesai pada November 2012.
Herry Kristanto menjelaskan, bantuan itu merupakan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang sejak dua tahun terakhir difokuskan untuk penyediaan akses sarana air bersih.
Pada 2011, perusahaan yang berbasis di Atlanta, Amerika Serikat itu menyalurkan bantuan lebih dari Rp600 juta untuk proyek serupa di Kabupaten Malang dan Mojokerto.
"Untuk sarana air bersih, kami berencana membangun sebanyak tujuh tandon air dan berupaya mencari sumber air melalui sumur bor," kata perwakilan HFH, Herbert Barimbing.
Awalnya, katanya, juga direncanakan membangun sarana irigasi untuk lahan persawahan di Desa Sambongrejo, tetapi dibatalkan karena sulitnya mendapatkan sumber air.
"Dulu di daerah ini pernah memiliki sumber air, tetapi setelah dilakukan survei geolistik di sejumlah titik lokasi, kami tidak menemukannya. Kalaupun harus menggunakan sumur bor, kedalamannya bisa sampai 50-60 meter," kata Herbert.
Kepala Desa Sambongrejo Sulasim mengatakan, sekitar 90 persen lahan pertanian di wilayahnya merupakah sawah tadah hujan, sehingga saat kemarau tidak bisa berproduksi karena ketiadaan air.
"Bahkan untuk keperluan sehari-hari saat kemarau, warga harus mengambil dari sumber air yang lokasi sangat jauh, karena semua sumur warga kering," katanya.
Sulasim mengatakan, dari 3.300 jiwa atau 800 kepala keluarga yang tinggal di Desa Sambongrejo, sebanyak 451 KK masuk kategori keluarga tidak mampu.
"Kami juga sudah beberapa kali minta bantuan kepada pemerintah daerah untuk dibuatkan akses air bersih ini, tapi sampai kini belum ada tindak lanjutnya," ujarnya. (*)