Jakarta (ANTARA) - Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah akan berkonsolidasi dengan kecenderungan melemah terbatas terhadap dolar Amerika Serikat (AS) karena pidato hawkish dari beberapa pejabat Federal Reserve (The Fed) semalam.
“Rupiah akan berkonsolidasi dengan kecenderungan melemah terbatas terhadap dolar AS yang masih bertahan cukup tinggi didukung oleh pidato hawkish dari beberapa pejabat The Fed semalam,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Sejumlah pejabat The Fed tersebut menyampaikan bahwa suku bunga belum saatnya diturunkan, dan bukan menjadi prioritas.
Baca juga: Jumat ini rupiah naik jadi Rp16.213 per dolar AS
Alasan mereka memberikan pernyataan itu adalah angka inflasi masih tinggi, ekonomi AS yang masih kuat, serta kekhawatiran kebijakan tarif dari Presiden AS terpilih Donald Trump yang bisa memicu inflasi.
Kendati begitu, investor masih cenderung wait and see atas data tenaga kerja AS, Non Farm Payrolls (NFP), yang akan dirilis malam ini.
Laporan data NFP penting karena beberapa hari sebelumnya data tenaga kerja AS lain, Automatic Data Processing (ADP), menunjukkan penambahan pekerjaan yg lebih kecil dari harapan.
“ADP menunjukkan penambahan pekerjaan sebanyak 122 ribu, lebih rendah dari perkiraan 140 ribu,” ungkap dia.
Lukman menilai sentimen utama terhadap kurs rupiah pada hari ini berasal dari dolar AS, tidak ada data ekonomi dalam negeri.
”Nilai tukar rupiah diperkirakan Rp16.150-Rp16.250,” katanya.
Kurs rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi menguat 4 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.213 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.217 per dolar AS.