Surabaya (ANTARA) - Saat ini, kanker payudara menjadi salah satu topik kesehatan yang sering dibicarakan di berbagai media. Bukan tanpa alasan, di Indonesia, kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian pada perempuan, dan angka penderitanya terus meningkat setiap tahunnya.
Dalam momentum Hari Ibu, yang jatuh setiap tanggal 22 Desember, topik ini semakin relevan, karena kesehatan ibu menjadi hal yang sangat penting bagi seluruh keluarga.
Hari Ibu bukan hanya tentang menghargai peran para ibu, tetapi juga tentang mengingatkan mereka untuk menjaga kesehatan, termasuk melakukan deteksi dini terhadap penyakit kanker payudara.
Sayangnya, upaya deteksi dini kanker payudara sering kali terhambat di banyak daerah, terutama yang jauh dari rumah sakit besar atau fasilitas kesehatan lengkap. Tidak semua orang memiliki akses mudah ke alat medis canggih, seperti mammogram, yang biasa digunakan untuk mendeteksi kanker payudara.
Selain biayanya yang cukup tinggi, perjalanan ke kota besar untuk pemeriksaan rutin juga membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Berkat kemajuan teknologi, kini ada solusi yang lebih cerdas, sederhana, ekonomis, dan nyaman, yaitu menggunakan electrical impedance spectroscopy (EIS).
Dengan bantuan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), EIS menjadi alat yang mudah diakses dan bisa memberikan hasil yang akurat untuk deteksi dini kanker payudara, terutama di daerah-daerah yang masih terbatas fasilitas kesehatannya.
Cara kerja EIS
Electrical impedance spectroscopy atau EIS adalah teknologi medis sederhana yang memanfaatkan aliran arus listrik berdaya rendah untuk mengukur respons jaringan tubuh. Jika digunakan untuk pemeriksaan payudara, beberapa elektroda kecil ditempelkan di sekitar payudara, lalu arus listrik yang sangat lemah dialirkan.
Respons jaringan terhadap arus listrik ini bisa memberikan gambaran tentang kondisi sel-sel di dalamnya. Sel sehat dan sel yang berpotensi menjadi kanker memiliki respons yang berbeda terhadap arus listrik ini, sehingga alat EIS dapat mendeteksi perbedaan tersebut.
Hasilnya bisa menunjukkan apakah ada pola yang mencurigakan yang berpotensi menjadi tanda awal kanker payudara.
Proses ini tidak membutuhkan prosedur yang rumit atau menyakitkan. Jadi pasien bisa merasa nyaman dan rileks. Karena tidak ada rasa sakit atau tekanan, pemeriksaan dengan EIS bisa menjadi alternatif bagi banyak perempuan yang merasa kurang nyaman atau cemas terhadap mammogram atau biopsi, yang lebih invasif.
Akurasi dengan AI
Teknologi AI semakin meningkatkan kemampuan EIS dalam mendeteksi kanker payudara. AI membantu "membaca" hasil pengukuran EIS dengan sangat akurat.
Bagaimana caranya? AI dilatih menggunakan data dari hasil pemeriksaan ribuan pasien, baik yang sehat maupun yang memiliki tanda-tanda kanker. Dari data tersebut, AI belajar mengenali pola-pola tertentu pada jaringan yang berpotensi mengandung sel kanker.
Setelah pengambilan data EIS selesai, AI bisa langsung menganalisis data dan memberikan petunjuk yang sangat berguna untuk dokter atau tenaga medis. AI dapat mengidentifikasi pola-pola abnormal pada tahap yang sangat dini, bahkan sebelum gejala kanker mulai muncul.
Dengan demikian, teknologi ini memberikan kesempatan bagi lebih banyak perempuan untuk mengetahui kondisi mereka lebih awal, terutama di daerah yang akses ke dokter spesialis terbatas.
Salah satu kelebihan utama dari EIS berbasis AI adalah biayanya yang lebih terjangkau dan proses pemeriksaannya yang mudah. Karena alat ini tidak memerlukan ruang atau fasilitas khusus, EIS bisa digunakan di puskesmas atau klinik yang sederhana sekalipun.
Ini sangat berguna bagi daerah-daerah yang jauh dari rumah sakit besar atau dokter spesialis, sehingga pasien tidak perlu menghabiskan waktu dan biaya besar hanya untuk pemeriksaan rutin.
Alat ini juga bisa dibawa ke lokasi yang membutuhkan, memungkinkan deteksi kanker payudara untuk menjangkau lebih banyak perempuan di wilayah perdesaan atau terpencil.
Momentum Hari Ibu
Hari Ibu adalah saat yang tepat untuk menyoroti pentingnya menjaga kesehatan, terutama bagi perempuan yang memikul peran besar dalam keluarga. Kesehatan seorang ibu memiliki dampak langsung pada seluruh anggota keluarga, dan deteksi dini kanker payudara menjadi salah satu langkah penting dalam menjaga kesehatan perempuan.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ibu atau perempuan yang cenderung mengutamakan kesejahteraan keluarga dan sering kali mengabaikan pemeriksaan kesehatan untuk diri sendiri.
Teknologi EIS berbasis AI dapat memberikan kesempatan bagi para perempuan di daerah untuk lebih sadar akan pentingnya deteksi dini. Karena tidak membutuhkan prosedur yang menyakitkan, pemeriksaan dengan EIS dapat mendorong lebih banyak perempuan untuk datang memeriksakan diri secara rutin, tanpa rasa khawatir atau takut akan rasa sakit.
Hari Ibu mengingatkan kita bahwa kesehatan para ibu dan perempuan dalam keluarga adalah fondasi yang kuat bagi kesejahteraan seluruh keluarga. Dengan deteksi dini melalui EIS berbasis AI, lebih banyak perempuan di Indonesia dapat menjaga kesehatan mereka dengan lebih baik.
Teknologi ini membuka peluang bagi perempuan untuk memiliki akses terhadap pemeriksaan yang cepat, akurat, dan terjangkau, terutama di daerah-daerah yang selama ini mengalami keterbatasan akses medis.
Menjaga kesehatan para ibu berarti menjaga keluarga. Dengan adanya teknologi EIS berbasis AI, deteksi dini kanker payudara menjadi lebih memungkinkan untuk diakses oleh seluruh perempuan, tanpa terkecuali.
Maka, momentum Hari Ibu ini semoga menjadi pengingat bagi kita semua, baik untuk para ibu maupun seluruh perempuan di Indonesia, bahwa kesehatan diri sangat penting dan perlu dijaga.
Deteksi dini kanker payudara bisa menyelamatkan hidup, dan dengan teknologi EIS berbasis AI, langkah ini bisa dilakukan dengan lebih sederhana dan mudah.
*) Prof. Dr. Khusnul Ain, S.T., M.Si adalah Guru Besar Universitas Airlangga