Surabaya (ANTARA) - Guru Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK)/ Informatika di Kota Surabaya merumuskan penggunaan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam pembelajaran untuk peserta didik.
"Melalui workshop atau lokakarya Musyawarah Guru TIK/Informatika Kota Surabaya, kami menyepakati teknologi AI merupakan alat bantu bagi pendidik, bukan sumber utama pembelajaran," kata Ketua Panitia Workshop yang juga Guru TIK/Informatika Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 41 Surabaya Iwan Setiawan, saat dikonfirmasi di Surabaya, Sabtu.
Lokakarya yang diikuti seluruh Guru TIK/Informatika SMP Negeri se- Surabaya pada 8 November kemarin ini menghadirkan Pakar Teknologi Multimedia Kreatif Mohammad Zikky S.ST, M.T dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya sebagai narasumber.
Menurut Iwan, dalam lokakarya tersebut, Guru TIK/ Informatika mendapat pencerahan bahwa nilai-nilai luhur kemanusiaan dan gotong royong sebagaimana ditanamkan oleh Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara tidak terdapat dalam beberapa platform AI.
"Karena algoritma AI sudah jelas untuk mengolah data yang sudah pernah diunggah oleh berbagai user digital, bukan mencipta dan berkreasi sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan budaya bangsa Indonesia," ujarnya.
Iwan mengatakan hasil lokakarya juga mengungkap kecerdasan manusia yang jauh lebih unggul dari kecerdasan buatan.
"Kecerdasan manusia memiliki algoritma dan database tak terbatas. Sedangkan kecerdasan buatan memiliki keterbatasan dari algoritma vendor AI dan database berdasarkan data yang pernah diunggah user dalam berbagai platform digital," kata Iwan.