Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur berkomitmen untuk meningkatkan intensitas gerakan penurunan angka kasus stunting di daerah itu melalui berbagai program stimulasi peningkatan gizi yang menyasar langsung hingga tingkat desa maupun kelurahan setempat.
Komitmen itu disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Tulungagung, Tri Hariadi saat membuka seminar tentang stunting di Tulungagung, Kamis.
Tri menjelaskan bahwa prevalensi stunting di Kabupaten Tulungagung telah menurun sejak 2019, meskipun penurunannya masih lambat.
"Angka stunting turun dari 5,32 persen menjadi 4,42 persen, tetapi penurunan ini masih landai," ujarnya.
Ia mencontohkan, Desa Jabalsari di Kecamatan Sumbergempol muncul sebagai desa yang berhasil menurunkan angka stunting.
Keberhasilan itu dinilai buah dari kebijakan pemerintah desa yang mengalokasikan 12,9 persen dari anggaran untuk penanganan stunting, melalui program bantuan makanan peningkatan gizi kepada setiap balita.
Tri menekankan bahwa inovasi yang diterapkan Desa Jabalsari dapat diadopsi desa lain, asalkan tidak mengganggu pemerintahan dan pembangunan.
"Inovasi ini bisa diadopsi oleh desa lain," tuturnya.
Beberapa desa di Kabupaten Tulungagung menargetkan zero stunting pada 2025.
Seminar ini membahas berbagai inovasi yang akan diterapkan untuk mencapai target tersebut.
"Kami telah melakukan langkah-langkah yang diperlukan dan akan mempercepat proses ini ke depan," katanya.
Tri mengakui kemajuan penanganan stunting bervariasi antar desa. Beberapa desa menunjukkan kemajuan yang lambat, sementara yang lain lebih cepat dalam penanganannya.
Meskipun begitu, ia yakin setiap pemerintahan desa berusaha menurunkan angka stunting di wilayah masing-masing.
"Kepemimpinan kepala desa sangat mempengaruhi keberhasilan dan terobosan yang dilakukan," jelas Tri.
Secara umum, penanganan stunting menghadapi kendala pemahaman masyarakat yang terbatas.
Oleh karena itu, pihaknya akan lebih gencar melakukan sosialisasi agar masyarakat memahami isu stunting dengan lebih baik.