Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur memberikan bantuan air bersih kepada warga terdampak kekeringan di wilayah Kabupaten Trenggalek menyusul saat ini masih ada sebagian wilayah yang kesulitan air bersih.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim Gatot Soebroto di Surabaya, Rabu, mengatakan saat ini musim pancaroba yang masih berlangsung di sejumlah daerah di Jatim, berdampak pada terjadinya dua jenis bencana yang berlawanan, yakni, kekeringan dan kebanjiran.
"Salah satu yang terdampak dua jenis bencana itu adalah Kabupaten Trenggalek," ujarnya.
Ia mengatakan selain kekeringan yang masih terjadi di sejumlah wilayah, di Desa Tawing, Kecamatan Munjungan, sebuah jembatan penghubung antardusun terputus akibat luapan banjir, pada Minggu (20/10) dini hari.
Merespons itu, Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto melakukan kunjungan ke Trenggalek bersama Kepala Bakorwil I Madiun Heru Wahono Santoso.
Turut mendampingi, Kalaksa BPBD Kabupaten Trenggalek Stefanus Triadi Atmono, Penata PB Ahli Madya Sriyono, Tenaga Ahli BPBD Jatim Bige Agus Wahyuono, dan Kades setempat.
Untuk kekeringan Kalaksa Gatot Soebroto berkesempatan melakukan bantuan air bersih di Desa Sumberejo, Kecamatan Durenan.
"Sedikitnya, 12 ribu liter air bersih disalurkan BPBD Jatim kepada 664 kepala keluarga (KK) atau sekitar 1.858 jiwa warga terdampak kekeringan di Desa Sumberejo," ujarnya.
Selain air bersih, kata dia, juga diserahkan bantuan jerigen, tandon dengan kapasitas 1.200 liter, terpal dan makanan siap saji.
Kalaksa Gatot Soebroto menjelaskan saat ini Jawa Timur telah memasuki musim pancaroba dimana sebagian daerah kekeringan masih berlangsung. Tetapi di daerah yang lain, sudah mulai turun hujan. Bahkan, beberapa daerah sudah terdampak bencana hidrometeorologi.
"Yang mengalami musim kemarau, dimana sumber air sudah mengalami kekeringan, kita lakukan droping air bersih. Ini kami lakukan terus selama kekeringan ini masih berlangsung," ujarnya.
Ia menjelaskan sebanyak 27 kabupaten atau kota di Jatim kini telah menetapkan status siaga darurat kekeringan, termasuk Kabupaten Trenggalek.
Khusus di Trenggalek, wilayah yang terdampak kekeringan hingga akhir Oktober ini sebanyak 71 desa, tersebar di 14 Kecamatan.
Sedangkan kabupaten dengan dampak kekeringan paling parah adalah Kabupaten Bojonegoro dengan 115 titik kekeringan.
"Kita juga mengupayakan bersama Kalaksa Kabupaten Trenggalek adanya upaya-upaya lain, seperti pengeboran air agar masalah kekeringan ini bisa teratasi, dan tidak terjadi setiap tahun," ujarnya.
Kades Sumberejo, Nur Hamim menyampaikan terimakasih atas bantuan air bersih yang diberikan BPBD Jatim.
Ia juga berharap adanya upaya lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi kekeringan di desanya.
"Kami bersama warga juga berharap bisa melakukan reboisasi dengan bantuan bibit tanaman dari pemerintah," katanya.
Usai melakukan droping air bersih, Kalaksa BPBD Jatim bersama rombongan lalu meninjau jembatan di Desa Tawing, Kecamatan Munjungan yang putus akibat luapan banjir.
Saat ini, kondisi jembatan dengan lebar 3 meter, panjang 36 meter dan tinggi 3,5 meter ini tidak bisa difungsikan untuk lalu lintas warga.
Sebagai konsekuensi, masyarakat harus berputar sejauh 5 kilometer dengan akses jalan yang lebih sempit.
Kepala Bakorwil I Madiun Heru Wahono memastikan jembatan yang putus ini akan dilaporkan kondisinya kepada Pj Gubernur Jatim untuk segera dilakukan perbaikan.
Perbaikan ini, menurutnya, dirasa penting karena jembatan ini juga menjadi jembatan ekonomi bagi warga sekitar, baik untuk mengangkut hasil laut, maupun hasil pertanian.
Sementara, Kades Tawing, Krinowo menjelaskan ambrolnya jembatan ini juga menimpa pengguna motor, hingga bangkai kendaraannya masih berada di dasar sungai.
"Untungnya pengguna kendaraan ini masih bisa selamat. Kami sangat berharap agar jembatan ini bisa segera diperbaiki, karena jembatan ini adalah jembatan ekonomi bagi warga, " ujarnya.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim Gatot Soebroto di Surabaya, Rabu, mengatakan saat ini musim pancaroba yang masih berlangsung di sejumlah daerah di Jatim, berdampak pada terjadinya dua jenis bencana yang berlawanan, yakni, kekeringan dan kebanjiran.
"Salah satu yang terdampak dua jenis bencana itu adalah Kabupaten Trenggalek," ujarnya.
Ia mengatakan selain kekeringan yang masih terjadi di sejumlah wilayah, di Desa Tawing, Kecamatan Munjungan, sebuah jembatan penghubung antardusun terputus akibat luapan banjir, pada Minggu (20/10) dini hari.
Merespons itu, Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto melakukan kunjungan ke Trenggalek bersama Kepala Bakorwil I Madiun Heru Wahono Santoso.
Turut mendampingi, Kalaksa BPBD Kabupaten Trenggalek Stefanus Triadi Atmono, Penata PB Ahli Madya Sriyono, Tenaga Ahli BPBD Jatim Bige Agus Wahyuono, dan Kades setempat.
Untuk kekeringan Kalaksa Gatot Soebroto berkesempatan melakukan bantuan air bersih di Desa Sumberejo, Kecamatan Durenan.
"Sedikitnya, 12 ribu liter air bersih disalurkan BPBD Jatim kepada 664 kepala keluarga (KK) atau sekitar 1.858 jiwa warga terdampak kekeringan di Desa Sumberejo," ujarnya.
Selain air bersih, kata dia, juga diserahkan bantuan jerigen, tandon dengan kapasitas 1.200 liter, terpal dan makanan siap saji.
Kalaksa Gatot Soebroto menjelaskan saat ini Jawa Timur telah memasuki musim pancaroba dimana sebagian daerah kekeringan masih berlangsung. Tetapi di daerah yang lain, sudah mulai turun hujan. Bahkan, beberapa daerah sudah terdampak bencana hidrometeorologi.
"Yang mengalami musim kemarau, dimana sumber air sudah mengalami kekeringan, kita lakukan droping air bersih. Ini kami lakukan terus selama kekeringan ini masih berlangsung," ujarnya.
Ia menjelaskan sebanyak 27 kabupaten atau kota di Jatim kini telah menetapkan status siaga darurat kekeringan, termasuk Kabupaten Trenggalek.
Khusus di Trenggalek, wilayah yang terdampak kekeringan hingga akhir Oktober ini sebanyak 71 desa, tersebar di 14 Kecamatan.
Sedangkan kabupaten dengan dampak kekeringan paling parah adalah Kabupaten Bojonegoro dengan 115 titik kekeringan.
"Kita juga mengupayakan bersama Kalaksa Kabupaten Trenggalek adanya upaya-upaya lain, seperti pengeboran air agar masalah kekeringan ini bisa teratasi, dan tidak terjadi setiap tahun," ujarnya.
Kades Sumberejo, Nur Hamim menyampaikan terimakasih atas bantuan air bersih yang diberikan BPBD Jatim.
Ia juga berharap adanya upaya lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi kekeringan di desanya.
"Kami bersama warga juga berharap bisa melakukan reboisasi dengan bantuan bibit tanaman dari pemerintah," katanya.
Usai melakukan droping air bersih, Kalaksa BPBD Jatim bersama rombongan lalu meninjau jembatan di Desa Tawing, Kecamatan Munjungan yang putus akibat luapan banjir.
Saat ini, kondisi jembatan dengan lebar 3 meter, panjang 36 meter dan tinggi 3,5 meter ini tidak bisa difungsikan untuk lalu lintas warga.
Sebagai konsekuensi, masyarakat harus berputar sejauh 5 kilometer dengan akses jalan yang lebih sempit.
Kepala Bakorwil I Madiun Heru Wahono memastikan jembatan yang putus ini akan dilaporkan kondisinya kepada Pj Gubernur Jatim untuk segera dilakukan perbaikan.
Perbaikan ini, menurutnya, dirasa penting karena jembatan ini juga menjadi jembatan ekonomi bagi warga sekitar, baik untuk mengangkut hasil laut, maupun hasil pertanian.
Sementara, Kades Tawing, Krinowo menjelaskan ambrolnya jembatan ini juga menimpa pengguna motor, hingga bangkai kendaraannya masih berada di dasar sungai.
"Untungnya pengguna kendaraan ini masih bisa selamat. Kami sangat berharap agar jembatan ini bisa segera diperbaiki, karena jembatan ini adalah jembatan ekonomi bagi warga, " ujarnya.