Malang (ANTARA) - Mahasiswa lintas program studi Universitas Brawijaya (UB) menciptakan alat terapi untuk kelainan tulang belakang pada anak yang diberi nama PostureCare.
Alat tersebut dirancang oleh lima mahasiswa lintas program studi UB yang tergabung dalam Tim Peneliti PKM Karya Inovatif (KI) UB, yakni Mochamad Saiful Anwar (Ilmu Keperawatan), serta Farid Hardiansyah, Refaldi Ananta Afif, Stephania Angelica, dan Irfan Aditya (Teknik Elektro).
"PostureCare ini inovasi yang menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) untuk terapi kifosis postural pada anak-anak," kata Ketua Tim Farid Hardiansyah dalam rilis yang diterima di Malang, Jawa Timur, Sabtu.
Baca juga: 39 mahasiswa berprestasi dan kurang mampu dapat beasiswa dana abadi UB
Ia mengemukakan pandemi COVID-19 mengakibatkan perubahan perilaku. Anak-anak lebih banyak duduk dan kurang berolahraga, sehingga meningkatkan risiko kelainan tulang belakang seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis. Bahkan WHO mencatat ada 250.000 hingga 500.000 kasus gangguan tulang belakang setiap tahunnya.
Inovasi PostureCare ini untuk diagnosa medis posisi bungkuk pada tulang belakang yang dilengkapi dengan sensor pendeteksi kesesuaian posisi, sudut tulang belakang dan terapi kompres panas pereda nyeri.
“PostureCare hadir sebagai solusi untuk memantau dan mengoreksi postur tulang belakang anak-anak usia 7-11 tahun yang mengalami kifosis," ujarnya.
Alat ini menggunakan sensor gyroscope MPU6050 yang ditempatkan di beberapa titik pada tubuh. Tiga sensor berfungsi mendeteksi kesalahan posisi tulang belakang, sementara satu sensor memonitor perubahan sudut tulang belakang harian pasca- terapi.
Farid menambahkan Mikrokontroler ESP32 memproses data sensor untuk menentukan output berupa modul getar, lampu LED, dan heater. Alat ini memberi peringatan melalui getaran dan cahaya jika terdeteksi posisi tulang belakang yang salah.
Selain itu, dua polymade heater akan mengurangi nyeri dengan meningkatkan sirkulasi darah di daerah yang terkena, melalui proses thermotherapy. Data dari perangkat ini akan disajikan dalam grafik harian melalui aplikasi yang terhubung dengan WhatsApp bot. Ini memungkinkan orang tua dan terapis untuk melacak kemajuan terapi secara langsung.
“Kami menerapkan Pendekatan Chronic Care Model dengan fokus pada kesejahteraan pasien dan keluarga. Salah satu fitur utamanya adalah pemberian kalimat motivasi yang berbeda setiap hari melalui WhatsApp bot dan aplikasi," katanya.
Ia mengatakan ini membantu dalam mendeteksi masalah secara dini, melibatkan keluarga secara langsung, dan mengatasi gangguan tulang belakang.
Dalam eksekusinya, pasien juga diberikan panduan dan buku harian My Bone untuk memantau aktivitas, perasaan, penggunaan brace, dan pola makan anak. Keluarga juga terlibat dengan memberikan stiker bintang jika anak berhasil memenuhi misi harian.
Setiap tiga hari, tim akan berkunjung ke rumah dan memberikan terapi bermain sekaligus penghargaan dalam bentuk bintang yang lebih besar. Keluarga juga mendapatkan edukasi, konsultasi, dan dukungan emosional melalui berbagai modul dan aplikasi.
“Saat ini kami sedang proses mengajukan lima HAKI, yaitu tiga buah modul untuk keluarga, pasien, serta tenaga kesehatan, satu manual book, dan dua program komputer berupa WhatsApp Bot Care serta Aplikasi. Semoga Paten yang kami ajukan sebanyak tiga draft juga disetujui dalam waktu dekat ini,” kata Isal, anggota tim.
Pengembangan Posturecare ini telah direkomendasikan dan dikonsultasikan oleh para ahli, sedikitnya 12 praktisi, di antaranya dr Muhammad Rezaalka Helto, Sp.BS (Dokter Spesialis Bedah Syaraf), dan dr Rifky Mubarak, SpKFR (Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis.
Selain itu, dr Mukharradhi Nanza, M.Ked (Surg), Sp.OT (Spesialis Orthopedi Anak), Ns. Endah Panca Lydia Fatma, S.Kep., M.Kep, Sp.Kep.MB (Spesialis Keperawatan Medikal Bedah), dan Ns. Rustiana Tasya Ariningpraja, S.Kep, M.Biomed, Sp.Kep.MB (Spesialis Keperawatan Medikal Bedah).
“Dengan PostureCare, diharapkan anak-anak, baik dengan kifosis maupun tidak dapat memperoleh tindakan pencegahan sekaligus penanganan yang optimal dan meminimalkan risiko komplikasi di masa depan," ucapnya.
Menurut dia, inovasi ini menjadi jawaban terhadap tantangan kesehatan yang muncul akibat perubahan gaya hidup selama pandemi, membawa terobosan dalam terapi dan pemantauan kelainan tulang belakang, khususnya pada kifosis.
Inovasi karya Mahasiswa PKM KI ini dibimbing dosen Ir Nurussa’adah M.T. dari Teknik Elektro. Penelitian ini didanai oleh Kemendibudristek dan Universitas Brawijaya selama empat bulan sejak April 2024.