Kediri (ANTARA) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri, Jawa Timur, menggelar pelatihan prebunking sebagai upaya memerangi informasi hoaks yang marak beredar.
Ketua AJI Kediri Danu Sukendro mengemukakan kegiatan ini digelar menggandeng Google News Inisiative. Maraknya informasi yang simpang siur dan belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya membuat kegiatan ini digelar.
"Informasi simpang siur masih banyak berseliweran. Jumlahnya semakin meningkat pada saat pilpres dan pemilu. Menyebabkan publik tidak tahu mana informasi yang akurat dan yang disinformasi," katanya di Kediri, Minggu.
Danu menjelaskan, maraknya produksi hoaks tidak lepas dari revolusi digital. Di Indonesia, pengguna internet mengalami lonjakan yang sangat tinggi. Data Hoisuite We Are Social pada 2023 menyebutkan, jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 212 juta atau 77 persen dari 276 juta penduduk Indonesia.
Sementara, pengguna media sosial mencapai 167 juta atau 67 persen dari penduduk Indonesia.
"Di pelatihan ini kami mengharapkan peran dari awak media di Kediri, Tulungagung, Jombang, Trenggalek, dan Blitar aktif untuk mencegah menyebarnya informasi palsu," kata Danu.
Program ini, kata dia, bertujuan untuk membantu jurnalis menghasilkan jurnalisme berkualitas tinggi. Ada berbagai tools yang bisa digunakan untuk membantu jurnalis dalam memerangi misinformasi dan disinformasi.
Dia menambahkan, tahun ini AJI Indonesia berkolaborasi dengan Google News Initiative menyelenggarakan training prebunking di lima kota. Kediri menjadi salah satu daerah yang kini menjadi lokasi pelaksanaannya.
Pelatihan ini diisi dua trainer yakni Andre Yuris dan Arsito Hidayatullah. Keduanya mengisi materi tentang memahami misinformasi dan disinformasi, teknik cek fakta, verifikasi informasi, fact-checking tools, dan terakhir adalah menyebarkan konten prebunking.
Pelatih Arsito Hidayatullah mengatakan pelatihan prebunking ini diperlukan karena jurnalis bisa berperan aktif melakukan pencegahan terjadinya kesalahan informasi.
"Pelatihan ini bukan lagi untuk memadamkan api tapi mencegah hoaks agar tidak menyebar luas," kata dia.
Dari training ini, dia berharap tersedia sarana bagi kalangan jurnalis untuk memahami materi prebunking untuk melawan misinformasi maupun disinformasi. Kemudian mendorong jurnalis membuat konten prebunking di newsroom mereka.
Menurut dia, menyebarkan materi prebunking kepada jurnalis tentunya bermanfaat agar dapat disebarluaskan terutama di tahun politik 2024.
Kegiatan ini diikuti 25 peserta jurnalis dari Kediri dan sekitarnya. Mereka juga dari berbagai media baik daring, radio hingga televisi.
Sementara itu, salah seorang peserta pelatihan Elsa Dira mengaku senang bisa mendapatkan ilmu baru tentang prebunking.
"Tugas kami (sebagai jurnalis, red) semakin berat karena produksi hoaks terus bertambah. Dari pelatihan ini saya menjadi tahu cara membongkar informasi yang tidak benar," kata jurnalis radio dari Kediri ini.
Elsa berharap pelatihan seperti ini bisa melibatkan lebih banyak jurnalis di daerah, sehingga setiap jurnalis sudah memiliki bekal untuk memerangi misinformasi dan disinformasi.