17 Warga Madiun Meninggal Akibat Demam Berdarah
Sabtu, 19 November 2011 14:38 WIB
Madiun - Sebanyak 17 orang warga Kabupaten Madiun, Jawa Timur, meninggal dunia akibat serangan penyakit demam berdarah (DB) di wilayah sejak tahun 2008 hingga mendekati pertengahan November 2011.
"Dari data tersebut, kasus meninggal dunia atau kematian akibat demam berdarah tertinggi terjadi pada tahun 2008, yakni delapan penderita meninggal dunia dari sekitar 289 kasus," ujar Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kabupaten Madiun, Soelitsyo Widyantono, Sabtu.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun mencatat, secara rinci kasus kematian per tahun adalah tahun 2008 terdapat delapan penderita meninggal dari 289 kasus, tahun 2009 sebanyak dua penderita meninggal dari 372 kasus, tahun 2010 terdapat enam penderita meninggal dari sekitar 300 lebih kasus yang terjadi.
"Untuk tahun 2011, hingga pertengahan bulan November terdapat satu penderita meninggal dunia dari 58 kasus demam berdarah," kata Soelistyo.
Menurut dia, kasus kematian yang terjadi pada penderita demam berdarah itu umumnya lebih disebabkan penderita terlambat mendapatkan pertolongan medis, sehingga saat dirawat di rumah sakit atau puskesmas, kondisi penderita telah parah.
Adapun untuk daerah penyebarannya, lanjut Soelistyo, telah merata di seluruh wilayah Kabupaten Madiun. Pihaknya mencatat, dari 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun, telah semuanya pernah terjadi kasus kematian akibat demam berdarah.
"Wilayah yang paling banyak terjadi penyebaran penyakit demam berdarah adalah Kecamatan Dolopo, kemudian Kecamatan Madiun," katanya.
Pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk menekan penyebaran penyakit demam berdarah, di antaranya sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan pemberantasan sarang nyamuk. Hal ini terbukti, kasus demam berdarah di Kabupaten Madiun terus menurun.
"Penurunan kasus serangan penyakit ini, didukung oleh naiknya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan pola hidup yang sehat dalam berkeluarga. Saat memasuki musim hujan, warga mulai bergotong-royong membersihakan lingkungannya, sehingga secara umum kasus ini dapat ditekan," tambahnya.
Pihaknya menegaskan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M (menguras, mengubur, dan menutup) tetap merupakan cara yang paling tepat untuk memutus siklus kehidupan nyamuk dan mencegah penyebaran penyakit berbahaya ini.
"Warga diimbau lebih giat lagi dalam melakukan PSN agar penyebaran penyakit demam berdarah dapat ditekan. Sebab, PSN dinilai lebih efektif untuk mencegah penularan demam berdarah karena dapat memutus siklus hidup nyamuk aedes aegypti pembawa penyakit mematikan tersebut," kata Soelistyo. (*)