Seoul (ANTARA) - Korea Utara pada Senin mengecam Menteri Pertahanan Korea Selatan atas peringatan terbarunya mengenai Pyongyang akan menghadapi akhir dari rezimnya jika melancarkan perang dan menyebut pernyataan tersebut sebagai katalisator untuk bentrokan fisik.
Pernyataan "Pyonyang akan menghadapi akhir dari rezimnya jika melancarkan perang" disampaikan Menhan Korea Selatan Shin Won-sik pada 24 Januari lalu, beberapa jam setelah Korea Utara menembakkan beberapa rudal jelajah ke Laut Kuning.
Selama kunjungannya ke Sayap Tempur ke-17 di Pangkalan Udara Cheongju yang berjarak 112 kilometer selatan Seoul, Shin meminta para pilot untuk berada di garda depan dalam menyingkirkan kepemimpinan musuh sedini mungkin dan mengakhiri rezim jika Pyongyang memilih melancarkan perang.
Baca juga: Korut: Putin bersedia kunjungi Pyongyang secepatnya
Dalam sebuah komentar, Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) mengecam Shin atas apa yang disebutnya sebagai pernyataan terburuk yang menggelikan yang dapat menjadi katalisator terjadinya bentrokan fisik.
KCNA menuturkan, Korea Utara memperingatkan bahwa Seoul harus memahami bahwa fitnah dan latihan perang yang mereka lakukan berisiko mengakhiri nasib mereka.
Adapun Korea Utara telah meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea pada tahun ini yang merupakan tahun pemilihan umum bagi Korea Selatan dan Amerika Serikat dengan melakukan uji senjata dan retorika yang kasar.
Selama pertemuan partai akhir tahun, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mendefinisikan hubungan antar-Korea sebagai hubungan antara dua negara yang saling bermusuhan dan berjanji untuk menekan seluruh wilayah Korea Selatan jika terjadi keadaan darurat.
Kim juga menyerukan revisi konstitusi negaranya untuk mendefinisikan Korea Selatan sebagai musuh utama Korea Utara dan mengumumkan bahwa negara tersebut akan meninggalkan kebijakannya yang telah berlangsung selama puluhan tahun untuk mengupayakan rekonsiliasi dan penyatuan dengan Korea Selatan.
Sumber : Yonhap