Jember (ANTARA) - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mendorong pengembangan investasi berbasis agrobisnis di Kabupaten Jember.
"Saya mendorong kebijakan perkebunan di Jember ini diprioritaskan kepada pengembangan investasi berbasis agrobisnis dan agroindustri," kata LaNyalla dalam keterangan di Jember, Rabu.
Selain sebagai lumbung pangan, Kabupaten Jember juga merupakan penghasil tanaman hortikultura dan perkebunan yang strategis, yaitu tebu dan tembakau.
Istimewanya, lanjut dia, tembakau Jember cocok untuk produksi cerutu dengan kualitas ekspor, sehingga sudah seharusnya kebijakan perkebunan di Jember memaksimalkan keunggulan komparatif dan kompetitif yang terkenal dengan sebutan Kota Tembakau tersebut.
LaNyalla meminta pemerintah memperhatikan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Usaha Bidang Pertanian, sehingga tidak ada kebijakan yang merugikan petani mitra.
Ia meminta pemerintah tetap menugaskan PTPN X fokus kepada komoditas tembakau dan tebu di Jember.
Senator asal Jawa Timur itu juga mengingatkan kepada pemangku kebijakan untuk berpikir dalam skala makro dan mikro dalam membangun desa sebagai kekuatan ekonomi dan sentra penjaga kedaulatan hasil bumi.
Ia menjelaskan desa harus menjadi kekuatan ekonomi karena selain untuk mencegah urbanisasi, kekuatan ekonomi desa harus diperkuat lantaran Sumber Daya Alam (SDA) dan sumber ketahanan pangan nasional sejatinya memang berada di desa.
"Maka tak ada alasan lain, desa harus menjadi sumber kekuatan ekonomi nasional. Kami harus mempersiapkan dengan matang, utamanya desa yang memiliki kekuatan hasil bumi yang dapat terus diperbarui," katanya.
Menurutnya, hal itu sangat penting diupayakan karena dunia tengah menghadapi ancaman krisis pangan global yang diperkirakan terjadi menjelang tahun 2040 hingga 2050. Badan Pangan Dunia meramalkan akan terjadi peningkatan kebutuhan pangan di tahun itu sebanyak 60 persen dibandingkan sekarang.
Pada saat yang sama, di tahun itu juga Indonesia diprediksi mengalami bonus demografi atau ledakan jumlah penduduk usia produktif yang mencapai 70 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.