Banyuwangi (ANTARA) - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani memaparkan mengenai penanganan dan pengelolaan sampah di daerahnya yang bermitra dengan banyak pihak saat menghadiri acara seminar Road to a Global Plastic Treaty, Turning The Tide on Marine Plastic Pollution di Jakarta.
"Lebih dari 90.000 warga ikut layanan pengangkutan sampah, lebih dari 14.000 ton sampah berhasil terkumpul dan selanjutnya diolah, juga terjadi perubahan perilaku warga untuk mulai memilah sampah. Banjir di sana juga berkurang, karena sungai bebas dari sampah," katanya dalam keterangan tertulis diterima di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia untuk Indonesia dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Badan Pembangunan PBB itu, Bupati Ipuk juga menyampaikan tiga lokasi yang telah dibangun TPS3R, yakni Desa Sumberberas, Tembokrejo, dan Balak, dibangun melalui skema Public- Private Partnership (PPP).
Ipuk mencontohkan Project STOP di Kecamatan Muncar (kerjasama dengan PT. Systemiq Lestari Indonesia). Sejak dilaksanakan 2018, program ini telah membawa banyak perbaikan terhadap pengelolaan persampahan di Muncar.
Banyuwangi juga ada program Clean Ocean through Clean Communities (CLOCC) yang juga didukung pemerintah Norwegia untuk penyusunan rencana induk pengelolaan sampah, serta pendampingan desa untuk aktivitas TPS3R.
Selain itu juga telah dibangun TPS3R di Desa Balak, Kecamatan Songgon, yang memiliki kapasitas pengelolaan sampah 84 ton sampah per hari.
"Kami juga bersama NGO Sungai Watch ada program bersih-bersih sungai untuk mengurangi sampah yang masuk ke laut," kata Ipuk.
Ia melanjutkan, kerja sama program dan kegiatan yang dilakukan selama ini telah memberikan dampak positif bagi Banyuwangi. Capaian pengurangan sampah mengalami kenaikan dari 37.500 ton/tahun di 2022 menjadi 41.200 ton/tahun pada 2023.
"Capaian penanganan sampah juga meningkat, dari 49.000 ton/tahun di tahun 2022 menjadi 51.300 ton/tahun di 2023," kata Ipuk.
Sementara Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Rut Krüger Giverin menjelaskan seminar ini digelar untuk mempertemukan para pemangku kepentingan internasional (sektor swasta, organisasi internasional, dan pemerintah) untuk mendapatkan solusi inovatif mengurangi polusi plastik laut. Selain itu juga untuk membangun momentum menuju kesepakatan global tentang polusi plastik.
"Kami semua sudah sepakat bahwa masalah pencemaran plastik di laut adalah isu yang serius, tapi saya yakin kita semua optimis bahwa kita memiliki solusi untuk mengatasinya," ujarnya.
Seminar tersebut juga diikuti oleh Perwakilan Tetap UNDP Indonesia Norimasa Shimomura, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marvest, Dr. Nani Hendiarti, perwakilan Danone Indonesia serta perwakilan dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia.