Kebakaran Hutan Lereng Semeru Capai 40 Ha
Jumat, 14 Oktober 2011 17:07 WIB
Lumajang - Kebakaran hutan di lereng Gunung Semeru (3.676 meter dari permukaan laut) atau tepatnya di Gunung Kepolo, Desa Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mencapai 40 hektare.
"Setelah diukur dengan sistem posisi global (GPS) melalui satelit, kebakaran hutan di lereng Gunung Semeru mencapai 40 ha," kata Kepala Bidang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Wilayah II Lumajang, Anggoro Dwi Sujiharto, saat dihubungi ANTARA, Jumat.
Hutan di kawasan konservasi TNBTS yang berada di lereng Gunung Semeru atau tepatnya 8,06 derajat Lintang Selatan (LS) dan 112,95 Bujur Timur (BT) terbakar sejak Selasa (11/10) malam hingga Kamis (13/10).
Menurut Anggoro, petugas TNBTS bersama masyarakat berhasil memadamkan sejumlah titik api yang berada di Gunung Kepolo bagian utara, namun satu titik api di bagian selatan tidak bisa dipadamkan karena lokasinya sulit terjangkau.
"Saya mendapat informasi bahwa hari ini sudah tidak ada titik api yang menyala, dan di bagian selatan hanya ada kepulan asap karena di sekelilingnya sudah basah," paparnya.
Ia menuturkan upaya pemadaman kebakaran hutan dihentikan pada Kamis (13/10) malam karena petugas sudah membuat sekat di sejumlah titik api untuk mencegah merembetnya api ke lokasi lain.
"Ada beberapa titik api di kawasan hutan konservasi TNBTS itu sulit dijangkau oleh petugas dan saya selalu tegaskan untuk mengutamakan keselamatan mereka dalam menjalankan tugas memadamkan kebakaran di lereng Semeru," katanya, menjelaskan.
Ia mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab kebakaran hutan di wilayah hutan konservasi TNBTS tersebut, namun diprediksi akibat ulah manusia, baik yang disengaja atau tidak disengaja.
"Kebakaran hutan yang disebabkan kondisi alam presentasenya cukup kecil yakni satu persen, namun penyebab kebakaran hutan akibat ulah manusia bisa mencapai 99 persen," paparnya.
Cuaca kemarau dan vegetasi hutan yang dipenuhi dengan tanaman cemara, lanjut dia, memudahkan hutan konservasi tersebut mudah terbakar, apabila ada titik api yang merembet ke kawasan tersebut.
"Mudah-mudahan kemarau segera berlalu dan musim hujan segera tiba, agar tidak ada lagi kebakaran hutan di lereng gunung tertinggi di Pulau Jawa itu," ujarnya, berharap.(*)