Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr Imran Pambudi meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo untuk mengendalikan kasus demam berdarah dengue (DBD) yang terus meningkat di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
"Kondisi kasus DBD di Kabupaten Probolinggo ini terbanyak di seluruh Indonesia. Biasanya ketika sudah musim hujan, nanti kasusnya akan meningkat lagi," katanya saat menghadiri kegiatan rapat koordinasi (rakor) pengendalian DBD di Auditorium Madakaripura Kantor Bupati Probolinggo, Senin.
Pemkab Probolinggo menggelar rakor pengendalian DBD yang dihadiri oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes dr Imran Pambudi, Ketua Tim Kerja Arbovirusis Dirjen P2P Kemenkes dr Asik Surya, perwakilan Dinkes Provinsi Jawa Timur, perwakilan Forkopimda dan Kemenag Probolinggo.
"Bagaimana mendeteksi sebanyak mungkin dan harus melakukan pendekatan kepada masyarakat. Semua pihak harus terlibat dalam pengendalian DBD karena tidak bisa hanya mengandalkan rumah sakit. DBD itu penyebabnya adalah virus. Obatnya adalah daya tahan tubuh," tuturnya.
Ia mengatakan Dinas Kesehatan harus menemukan penderita DBD sedini mungkin dan gejala DBD tidak spesifik, sehingga kalau ada penduduk yang panas tinggi tiba-tiba, maka waspada dan harus dibawa ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan.
Imran menerangkan pencegahan itu paling penting karena beberapa daerah lain yang paling penting adalah mengendalikan vektor pembawa penyakit yaitu nyamuk dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Fogging itu hanya membunuh nyamuk dewasa saja. PSN itu yang paling penting, sehingga harus membuat sebuah gerakan baik pemerintah maupun masyarakat untuk melakukan PSN. Jika ada kasus, puskesmas dan rumah sakit harus sigap memberikan pertolongan," katanya.
Sementara Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr Shodiq Tjahjono mengatakan hingga saat ini hanya ada 2 puskesmas yang masih bebas dari kasus DBD yaitu Puskesmas Kuripan dan Puskesmas Sumber.
"Sebagian besar puskesmas, terutama daerah pantai dan dataran rendah, masing-masing puskesmas rata-rata di atas 5 kasus. Sementara dataran tinggi seperti Krucil, Tiris dan Sukapura kasusnya di bawah 5 kasus," katanya.
Jumlah kasus DBD di Probolinggo sudah mencapai 596 kasus dan jumlah kematiannya juga tinggi mencapai 18 kasus, sehingga kasus kematian itu menjadi yang terbanyak di Jawa Timur dan Indonesia.
"Empat puskesmas yang menjadi penyumbang terbanyak kasus kematian di antaranya Puskesmas Gending dengan 4 kasus, Puskesmas Kraksaan dengan 3 kasus serta Puskesmas Paiton dan Puskesmas Krejengan masing-masing 2 kasus," ujarnya.
Ia menjelaskan kelompok umur yang paling banyak menderita DBD adalah 1 hingga 14 tahun sebanyak 74 persen dan masa-masa anak sekoah, sehingga bisa terjadi kemungkinan penularannya di sekolah. Oleh karena itu harus ada gerakan sekolah harus bebas jentik dan bebas nyamuk.
Dalam kesempatan tersebut dilakukan penandatanganan komitmen bersama pengendalian DBD di Kabupaten Probolinggo, sehingga diharapkan jumlah kasus itu dapat ditekan.