Surabaya (ANTARA) -
Penyakit stroke adalah salah satu penyakit penyebab kematian dan kecacatan yang tinggi. Di seluruh dunia penyakit ini menjadi penyebab kematian kedua, dan di Indonesia menjadi penyebab kematian tertinggi tahun 2015.
Jumlah penderita baru penyakit stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis pada penduduk umur yang sama atau lebih 15 tahun sebesar 10,9 persen atau diperkirakan 2.120.362 orang (Kemenkes RI, 2018).
Stroke terjadi karena dua hal, pertama stroke terjadi karena pecahnya pembuluh darah akibat penyakit darah tinggi atau adanya kelainan pembuluh darah. Kedua, stroke infark akibat pembuntuan pembuluh darah oleh trombus yang terbentuk pada dinding pembuluh darah atau lepasnya thrombus dari tempat lain misalnya jantung.
Stroke jenis pembuntuan lebih sering terjadi dibanding pecahnya pembuluh darah. Pembuntuan pada pembuluh darah halus di otak sering terjadi, terutama pada penderita diabet karena kualitas pembuluh darah yang kurang baik.
Mengapa stroke sering menyebabkan kematian tinggi? Otak adalah organ vital yang dilindungi oleh batok kepala yang rigid dan memiliki volume terbatas.
Jika terjadi penambahan volume otak karena adanya darah yang keluar dari pembuluh darah maka akan terjadi tekanan pada pusat pengaturan organ vital misalnya pernafasan, detak jantung, tekanan darah dan yang lainnya yang mengancam jiwa pasien.
Demikian juga pada stroke infark jika pembuntuan mengenai pusat pengaturan organ vital atau pembuntuan di pembuluh darah besar otak maka akan terjadi pembengkakan otak selanjutnya penekanan pada pusat pengaturan organ vital terganggu.
Otak adalah pusat dari semua organ, bukan hanya motorik untuk menggerakkan kaki dan tangan. Jika pusat berfikir yang terkena stroke maka pasien akan mengalami kelambatan berfikir, jika pusat bahasa terkena maka pasien tidak memahami kata-kata, atau pusat memori terkena maka pasien kehilangan memorinya.
Bisakah kita menjadi dokter stroke bagi diri sendiri? Pencegahan adalah hal paling utama karena setiap stroke akan menyebabkan kematian sel saraf yang tidak bisa kembali normal.
Pastikan kondisi kita sehat dengan cara mengecek fisik, laboratoris dan pemeriksaan pembuluh darah di leher maupun di otak.
Pemeriksaan pembuluh darah di leher antara lain dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG) doppler untuk menilai kualitas dinding dan aliran pembuluh darah yang menuju ke otak.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan tanpa ada radiasi sinar X maupun penyuntikan obat kontras untuk pewarnaan pembuluh darah adalah dengan pemeriksaan magnetic resonance angiografi (MRA). Pemeriksaan MRA membutuhkan alat yang canggih dan biaya cukup mahal, dan belum semua rumah sakit memiliki fasilitas tersebut.
Bagaimana mengenali gejala stroke? ketika terjadi pembuntuan pembuluh darah otak maka terjadi kematian sel otak, setiap detik kehilangan 32.000, per menit 1,9 juta sel, dan setiap jam 120 juta atau setara dengan pertambahan usia 3,6 tahun.
Kematian sel otak yang luas bisa dicegah bahkan bisa kembali baik dengan kecacatan minimal jika segera mendapatkan pertolongan. Pertolongan pertama sangat menentukan keberhasilan pengobatan.
Kita bisa mengenali tanda-tanda stroke antara lain senyum yang tidak simetris, mulut mencong, minum tersedak, sulit menelan air yang terjadi tiba-tiba, gerak tubuh yang melemah tiba-tiba, bicara pelo, tiba-tiba tidak bisa bicara, bicara tidak nyambung, tidak mengerti kata-kata, kebas atau baal, kesemutan separuh tubuh, rabun atau pandangan kabur satu mata yang terjadi tiba-tiba.
Selain itu, juga terjadi nyeri kepala hebat yang belum pernah dirasakan sebelumnya, gangguan keseimbangan, gerakan sulit dikoordinasi, tremor, sempoyongan.
Jika ada gejala-gejala tersebut maka harus segera ke rumah sakit yang memiliki fasilitas setidaknya CT Scan agar kelainan di otak segera bisa dideteksi. CT Scan dapat menentukan jenis stroke dengan segera.
Di rumah sakit yang memiliki sistem penanganan stroke atau unit stroke, diagnosis dilakukan cepat dan tersedia pengobatan khusus stroke sehingga kematian sel otak yang parah bisa dicegah, terutama pada kedatangan pasien di tiga jam pertama setelah serangan.
Sampai saat ini belum semua rumah sakit di Indonesia memiliki fasilitas pelayanan yang memiliki fasilitas CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) yang digunakan untuk diagnosis cepat stroke maka sangat penting bagi kita untuk berjaga-jaga agar tidak terkena stroke dengan memilih hidup sehat.
Dan jika memiliki penyakit diabet, darah tinggi, atau penyakit lain yang berisiko terjadinya stroke maka disarankan periksa kesehatan rutin dan diterapi sesuai anjuran dokter.
Jika ada fasilitas USG dopller maka bisa dimanfaatkan untuk deteksi adanya penyumbatan pembuluh darah, dan tindakan pemasangan alat pada pembuluh darah bisa mencegah terjadinya stroke.
Mencegah stroke jauh lebih baik dari pada mengobati, selain penangan stroke juga membutuhkan biaya mahal, dampak stroke adalah kecacatan dan kematian maka menjadi dokter stroke bagi diri kita sendiri menjadi pilihan.
*) Penulis adalah Kepala Staf Medik Radiologi RS UNAIR dan dosen FK UNAIR