Bengkulu - Balai konservasi sumber Daya Alam Bengkulu berencana mengevakuasi beberapa populasi Harimau Sumatra (Pantera Tigris Sumatrae) di dua titik konflik karena mengancam keselamatan manusia. Pada dua titik konflik harimau-manusia itu adalah di Kecamatan Padang Bano, Kabupaten Lebong dan di Desa Cawang, Kecamatan Lubuk Sandi, Kabupaten seluma, kata kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Amon Zamora, Minggu. Ia mengatakan, di dua titik konflik itu satu orang diterkam di wilayah Padang Bano hanya luka-luka saja, Lebong dan satu orang meninggal dunia juga diterkam di Desa Cawang, Kabupaten Seluam, pekan ini. Dengan kejadian itu, pihaknya sudah mendapat izin dari Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan, untuk melakukan penangkapan harimau pada dua titik dari delapan titik populasi Harimau Sumatra di Provinsi Bengkulu. Penangkapan harimau di dua lokasi itu, katanya, sudah sangat mendesak dilakukan karena telah menyerang keselamatan jiwa manusia, namun bagi populasi di titik lainnya akan dilakukan pengusiran saja. Ia menjelaskan, populasi Harimau Sumatra di Bengkulu berdasarkan hasil survei bersama "Wildlife Conservation Society" (WCS) seluruhnya sekitar 42 ekor, terapat di delapan titik di wilayah itu. Dilakukan evakuasi adalah jalan terakhir untuk menyelamatkan Harimau Sumatra tersebut, namun kalau masih bisa diusir ke hutan tatap juga menjadi target petugas di lapangan, namun bila tidak terpaksa ditangkap, ujarnya. Ia memperkirakan, keganasan Harimau Sumatra menyerang jiwa manusia itu antara lain terdapat indikasi sudah tidak tersedia lagi sumber makan dihabitatanya, disamping habitatnya selalu terganggu. Habitat Harimau Sumatra itu terganggu akibat maraknya penebangan kayu liar dan pembukaan kawasan hutan hutan lindung maupun kawasan konservasi akhir-akhir ini, sehingga lokasi berlindung harimau itu suah makin menyempit. Karena pada dua titik konflik harimau-manusia itu adalah kawasan hutan dibuka masyarakat untuk dijadikan areal perkebunan kopi, karet dan kegiatan petanian lainnya, paparnya. Kepala Tata usaha BKSDA Bengkulu Supartono, membenarkan bahwa habita harimau dan gajah liar di Bengkulu makin menyempit, terlebih ada usulan untuk menurunkan kawaasan hutan secara besar-besaran sekarang ini. "Kami mohon pada Pemerintah Pusat agar kawasan hutan, khususnya konservasi dapat dipertahankan dan tidak diberi peluang untuk dikurangi, meskipun ada usulan dari pemerintah daerah Bengkulu," tandasnya. Dampak pengurangan itu konflik manusia-harimau dan manusia-gajah liar makin terbuka lebar, dengan demikian mengantisipasinya adalah mempertahan kawasan hutan secara ketat, ucapnya. Ia mengemukakan, konplik harimau-manusia pertama terjadi di wilayah Kecamatan Padang Bano, Kabupaten Lebong menerkam seorang petani kopi di kebunnya pekan lalu, setelah itu beberapa hari lalu juga menewaskan seorang warga di Desa Cawang, Kabupaten Seluma. BKSDA sudah menurunkan tim dan perangkeng ke dua lokasi itu, untuk menangkpa harimau yang sudah mengganggu keselamatan masyarakat tersebut, meskipun lokasinya berada pada habitat harimau, tambahnya. Kapolres Seluma AKBP Yudi Wahyudiana melalui Kapolsek Sukaraja Iptu Stria Dwi Dharma mengakui, adanya peristiwa tersebut dan menurunkan personel ke lokasi untuk memastikan informasi laporan tersebut. Seorang warga Cawang, Kecamatan Lubuk, Sandi Miliyan (18), tewas diduga dirobek-robek Harimau Sumatra di kebun kopinya dalam kawasan hutan di wilayah itu, Jumat (9/9) akhir pekan lalu.
BKSDA Bengkulu Evakuasi Harimau Sumatra
Minggu, 11 September 2011 15:28 WIB