Omzet Penjualan Makanan Khas Madiun Meningkat
Selasa, 6 September 2011 15:37 WIB
Madiun - Omzet penjualan makanan khas ataupun jajanan khas di Madiun, Jawa Timur, mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama momentum Lebaran tahun 2011.
Makanan khas dari Madiun yang diminati oleh pembeli baik dari daerah Madiun sendiri maupun pemudik yang melakukan liburan di Madiun antara lain, brem, sambal pecel, kerupuk puli atau lempeng, dan madumongso. Untuk brem, ia menjual dalam berbagai rasa selain rasa alami, di antaranya rasa coklat dan stroberi.
"Peningkatan penjualan terjadi sejak H-4 Lebaran lalu, yakni mencapai lima kali lipat dari penjualan pada hari biasa," ujar Pemilik toko pusat oleh-oleh khas Madiun, Taman Sari, Siti Umiyati, Selasa.
Menurut dia, peningkatan penjualan ini akan semakin signifikan pada saat hari H Lebaran dan sesudahnya. Pihaknya mencatat, puncak penjualan makanan khas Madiun di tokonya terjadi pada H+2, hari Jumat (2/9) yang lalu.
"Penigkatan bisa mencapai 10 kali lipat dari hari biasa. Kami bahkan sempat kehabisan stok sejumlah item makanan khas Madiun, akibat tingginya permintaan dari para pemudik yang ingin membeli oleh-oleh," kata Siti.
Pada hari biasa rata-rata toko makanan khas yang terletak di Jalan Salak Kota Madiun ini mampu menjual 200 bungkus sambal pecel dan brem.
Karena itu, guna mengantisipasi lonjakan permintaan makanan khas di tokonya, pihaknya telah menambah stok dan pesanan dari sejumlah sentra produksi yang telah bekerja sama dengannya. Peningkatan stok bisa mencapai 10 kali lipat dari hari biasa. Untuk sambal pecel dan brem, pihaknya telah menyiapkan hingga 5.000 bungkus.
"Berdasarkan dari pengalaman tahun sebelumnya, jumlah stok hingga 5.000 bungkus tersebut masih kurang. Kami biasanya masih menambah stok lagi," kata Siti.
Produk makanan khas tersebut diperoleh langsung dari sentra produksi yang tersebar di Kota dan Kabupaten Madiun. seperti sambal pecel, ia mengambil dari sejumlah industri rumah tangga di Kota Madiun, serta produk brem diambilnya dari sentra industri rumah tangga di Desa Kaliabu dan Desa Bancong, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun.
Meski penjualan sendang mengalami masa puncak, Siti mengaku tidak menaikkan harga jual makanan khasnya. Harga yang ditawarkan sangat bervariasi. Rata-rata harga berkisar dari Rp5.000 per bungkus hingga puluhan ribu Rupiah per bungkusnya.
Hal yang sama terjadi di sentra produksi lempeng di Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun. Salah satu pembuat lempeng di sentra ini, Kadeni, mengaku penjualannya meningkat hingga 30 persen dibandingkan hari biasa. Pembeli makanan khas Madiun ini paling banyak dilakukan oleh warga Kota Madiun yang menjadikan lempeng sebagai oleh-oleh saudara mereka dari luar kota.
"Biasanya yang mampir kesini adalah warga yang memiliki saudara dari berbagai daerah kota besar seperti Surabaya dan Jakarta," kata Kadeni.
Meski penjualan sedang ramai, namun pihaknya tidak menaikkan harga jual. Yakni untuk lempeng mentah tetap dijual Rp15.000 per kilogram. Untuk kemasan besek, harga per kilogramnya menjadi Rp17.000. Sedangkan lempeng yang sudah digoreng dijual dengan harga Rp12.000 per 100 bijinya.