Surabaya (ANTARA) - Pemerhati Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Jawa Timur Muhammad Indrawan Jatmika menyebut ada tiga hal positif yang dihasilkan dari penyelenggaraan KTT Ke-42 ASEAN atau ASEAN Summit di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
"Ada tiga hal positif, pertama adanya kesepakatan untuk melawan kasus perdagangan manusia," kata Dosen Kajian Wilayah Asia Tenggara Prodi Hubungan Internasional UPN “Veteran” Jawa Timur itu di Surabaya, Kamis.
Beberapa waktu lalu, kata dia, ada kasus perdagangan manusia terhadap 20 warga negara Indonesia (WNI) di Myanmar.
"Kasus tersebut menjadi alarm bagi Indonesia. Dari situ Indonesia mengajak kepada warga ASEAN untuk lebih memperhatikan dan mengambil aksi terhadap penanganan perdagangan manusia," tuturnya.
Kesepakatan kedua adalah terkait One Healt Initiative. Indonesia dan negara ASEAN sepakat untuk memberikan perhatian lebih kepada kesehatan bukan hanya kesehatan manusia tapi kesinambungan.
"Bahwa kesehatan tidak bisa dilihat ada kesehatan manusia tapi dilihat manusia, hewan dan lingkungan. Ini untuk mencegah terjadi kemungkinan wabah di masa depan," ujarnya.
"ASEAN harus meningkatkan kewaspadaan dan perhatian terahdap kesehatan yang berkesinambungan," ucap dia.
Kesepakatan lain adalah terkait kerja sama ekonomi yakni kemauan negara anggota ASEAN untuk meningkatkan penggunaan uang lokal dalam perdagangan.
"ASEAN mencoba mengurangi ketergantungan dengan dolar. Mereka mendukung dan juga harapannya agar bisa diimplementasikan penggunaan mata uang lokal di dalam sesama anggota ASEAN," ujarnya.
Dia berharap KTT ASEAN mendatang akan ada langkah yang jelas terkait konflik di Myanmar. Selain itu, bagaimana ASEAN bisa lebih melibatkan Timor Leste sebagai calon anggota. Kira-kira ke depannya bagaimana.
"Mumpung Indonesia menjadi chairman ASEAN dan promotor utama masuknya Timor Leste menjadi anggota ASEAN," tuturnya.