Jember (ANTARA) - Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (Unej) Muhammad Taruna Aji menjadi salah satu peserta Program Kampus Mengajar angkatan keempat bersama lima kawannya yang mendapatkan tugas mengajar di SMP Negeri 2 Sumberjambe di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Banyak pengalaman yang didapat mahasiswa yang biasa dipanggil Aji tersebut saat mengemban misi untuk mencerdaskan anak bangsa di pelosok desa, bahkan terkadang harus mengelus dada dengan perilaku anak didiknya yang mengancam keselamatan jiwa.
Seperti yang dialami saat mengajar di SMPN 2 Sumberjambe, ada siswa yang sengaja membawa senjata tajam di dalam kelas dan memainkan golok tersebut dengan gaya menantang siapapun yang akan menjadi lawannya berkelahi.
Setelah ditelusuri, ternyata peristiwa pelajar membawa senjata tajam di dalam kelas bukan yang pertama karena sebelumnya ada pelajar yang hendak berkelahi dengan kakak kelasnya, menggunakan senjata tajam di sekolah.
Tidak hanya itu, mahasiswa asal Banyuwangi itu juga miris saat menemukan banyak siswa yang tidak melanjutkan sekolah setelah lulus dari jenjang SMP karena mereka memilih langsung bekerja atau menikah bagi siswa perempuan.
Kemampuan finansial keluarga yang terbatas menjadi penyebab utama masalah tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga jangan berbicara tentang prestasi, sudah sekolah hingga jenjang SMP saja menjadi "kemewahan" bagi masyarakat sekitar di Kecamatan Sumberjambe.
Mengetahui kondisi itu, para peserta Kampus Mengajar tidak langsung melaksanakan programnya, melainkan memilih melakukan pendekatan kepada siswa, orang tua dan warga sekitar untuk menekankan pentingnya pendidikan bagi anak-anak.
Para mahasiswa itu berusaha menempatkan diri sebagai kawan ngobrol dengan masyarakat dan tidak menggurui, sehingga jangan sampai sebagai mahasiswa memandang masyarakat lebih rendah. Cara tersebut berhasil, sehingga siswa yang awalnya antipati, mulai mau menerima keberadaan mahasiswa yang menjalankan program Kampus Mengajar.
Selain membantu proses belajar mengajar di SMPN 2 Sumberjambe, Aji dan kawan-kawan juga mulai melaksanakan berbagai program lainnya, seperti melakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang bahayanya pernikahan dini, kemudian pencegahan kekerdilan (stunting).
Beberapa siswa mulai akrab, bahkan menganggap para mahasiswa sebagai kakak mereka, sehingga tidak heran saat Aji dan kawan-kawan mengakhiri masa pengabdian mereka dilepas penuh haru, bahkan hingga kini hubungan baik dengan siswa, guru, dan warga berlanjut.
Pengalaman berharga mengikuti program Kampus Mengajar angkatan keempat tersadari betapa beruntungnya anak-anak mahasiswa bisa menuntut ilmu hingga bangku kuliah.
Aji dan kawan-kawan juga tersadar bahwa masih banyak anak-anak untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMP saja sudah menjadi sebuah perjuangan yang luar biasa.
"Bagi kawan-kawan sesama mahasiswa, boleh diskusi dan penelitian hingga demonstrasi, namun Indonesia membutuhkan aksi nyata untuk mencerdaskan bangsa. Kalau bukan mahasiswa lantas siapa yang akan menjadi penggerak pendidikan, dan kalau bukan sekarang lantas kapan?” katanya, dalam perbincangan dengan ANTARA.
Sementara itu, Koordinator program Kampus Mengajar di Universitas Jember Banun Kusumawardhani mengatakan terdapat 391 mahasiswa dan 60 dosen yang sudah mengirimkan berkas pendaftarannya untuk Program Kampus Mengajar dan jumlah tersebut berpotensi bertambah mengingat pendaftaran program Kampus Mengajar Angkatan Keenam, baru akan ditutup pada 28 Mei 2023.
Minat mahasiswa dan dosen Unej yang mengikuti program itu sangat luar biasa. Buktinya, jika pada angkatan pertama diikuti oleh 306 mahasiswa dan dua dosen, maka jumlahnya bertambah di angkatan kedua menjadi 395 mahasiswa dan 41 dosen.
Kemudian pada angkatan ketiga ada 436 mahasiswa dan 50 dosen, kemudian melonjak menjadi 606 mahasiswa dan 46 dosen di angkatan keempat. Sementara di angkatan kelima ada 466 mahasiswa dan 54 dosen.
Diharapkan mahasiswa di kampus Unej bisa memanfaatkan dengan baik kesempatan dalam program Kampus Mengajar karena akan bermanfaat ke depannya.
Secara langsung maupun tidak langsung peserta yang mengikuti program Kampus Mengajar akan mendapatkan softskill, seperti daya kreativitas, jiwa kepemimpinan, mendidik kemampuan solutif dan pengalaman berinteraksi dengan dunia nyata yang tidak mungkin didapat di dalam kampus.
Agen perubahan
Kampus Mengajar merupakan program Kemendikbudristek melalui Ditjen Dikti sebagai bagian dari program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) karena melalui program tersebut, mahasiswa diajak menjadi agen perubahan di bidang pendidikan.
Hingga pelaksanaan program Kampus Mengajar angkatan kelima tercatat ada 91 ribu lebih mahasiswa dan 15 ribu lebih dosen dari 800 PTN dan PTS se-Indomesia yang turut bergabung membantu proses belajar mengajar di sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di seluruh pelosok Nusantara.
Tahun 2023 Ditjen Dikti kembali membuka pendaftaran program Kampus Mengajar angkatan Keenam, sehingga Universitas Jember menggelar kegiatan Sosialisasi Program Kampus Mengajar Angkatan Keenam di Gedung Auditorium kampus setempat pada 6 Mei 2023 untuk menjaring mahasiswa dan dosen berpartisipasi dalam program itu.
Program Kampus Mengajar dan Pertukaran Mahasiswa Merdeka memberikan softskill bagi mahasiswa dan berpotensi menjadi penggerak pendidikan Indonesia.
Program Kampus Mengajar dimulai sejak tahun 2021 dan sudah puluhan ribu mahasiswa yang terlibat untuk menjadi penggerak pendidikan Indonesia dengan mengajar di sejumlah SD dan SMP, bahkan memasuki angkatan keenam tahun 2023, Ditjen Dikti melibatkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lokasi pengabdian.
Mahasiswa dan dosen peserta program Kampus Mengajar melaksanakan tiga tugas utama, yakni membantu proses belajar mengajar di sekolah, mendukung adaptasi TIK di sekolah, serta membantu administrasi sekolah.
Umumnya para peserta ditempatkan pada sekolah di pinggiran atau lokasi terpencil dan mulai angkatan keenam atau tahun 2023, Ditjen Dikti menambah SMK sebagai lokasi pengabdian. Ditargetkan di angkatan keenam akan diikuti oleh 21.500 mahasiswa dan 2.150 dosen sebagai pembimbing lapangan.
Program ini dapat dimanfaatkan oleh dinas pendidikan di daerah untuk bersinergi sehingga potensi program Kampus Mengajar sebagai penggerak pendidikan Indonesia dapat maksimal. Setiap tahun mahasiswa dan dosen yang berminat mengikuti program Kampus Mengajar sangat banyak, namun kuotanya terbatas.
Mahasiswa sebagai agen perubahan tentu tidak boleh tinggal diam melihat masih adanya masalah pendidikan, khususnya di pelosok desa, sehingga diharapkan dapat berpartisipasi dengan menjadi peserta Kampus Mengajar yang dapat menjadi penggerak pendidikan Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.