Oleh Slamet Agus S
Jombang - Makam mantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid, sebenarnya tidak berbeda dengan makam lainnya, termasuk makam kakeknya, KH Hasyim Asya'ri, yang berada di lingkungan kompleks Ponpes Tebu Ireng, di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur (Jatim).
Kesamaan makam yang ada di pemakaman tersebut, semua kijingnya tidak dilengkapi dengan nama penghuninya, yang biasa dijumpai di pemakaman umum. Hanya sedikit yang membedakan makam Gus Dur dengan makam lainnya yang memudahkan peziarah mengenali yaitu di pusaranya dipenuhi bunga-bunga.
Juga di dekat kedua kijing batu makam tersebut, ada dua vas yang berisi bunga sedap malam tertera tulisan, KH Abdurrahman Wahid dan KH Hasyim Asya'ri yang ditulis oleh sebuah komunitas.
"Sebelumnya saya punya nadar, kalau anak saya lahir dengan selamat akan datang ziarah ke sini," kata seorang warga asal Kenjeran, Surabaya, Hendrik (29).
Ia datang bersama Istrinya, Sri Haryati (25), dengan anaknya yang masih berusia 14 bulan dari Surabaya ke Jombang menempuh perjalanan dengan naik sepeda motor."Baru pertama kali saya ke makam Gus Dur,"ucapnya.
Hal yang sama dilakukan, Imam Mustofa (33), asal Desa Pule, Kecamatan Pule, Trenggalek, yang datang berombongan bersama tetangganya dengan naik mini bus. Namun, menurut dia, kedatangannya tersebut, untuk kedua kalinya, karena sebelum itu, pernah datang ke makam Gus Dur bersama tetangganya dengan membawa dua bus besar.
Tujuannya, lanjut Imam, di makam Gus Dur, selain menggelar Yasinan juga terkait bulan suci Ramadhan."Sudah menjadi tradisi sejak dulu, ketika menjelang Ramadhan makam di sini selalu dipenuhi peziarah," kata seorang petugas keamanan di makam Gus Dur, Teguh Santoso (29) menjelaskan.
Sebagaimana diungkapkan Teguh, rombongan peziarah yang datang ke makam Gus Dur, mulai meningkat tajam sejak sebulan terakhir. Para peziarah, datang tidak hanya memanfaatkan bus, kendaraan bermotor roda dua, juga kendaraan pribadi dan kendaraan umum.
Mereka, lanjutnya, datang dari berbagai daerah di Indonesia, tidak hanya dari Jawa dan Madura, juga dari Sumatera dan Kalimantan."Mereka yang datang berziarah tidak hanya yang beragama Islam, ada bhiksu, pendeta juga orang dari aliran kepercayaan," jelas penjaga pos pintu masuk makam Gus Dur, Kholilo (35) mengungkapkan.
Ia memperkirakan, dari data yang masuk, rombongan yang datang melapor jumlahnya diperkirakan mencapai 3.000 orang per harinya. Dari perkiraan itu, jauh meningkat dibandingkan pada hari-hari biasa yang jumlahnya berkisar 2.000 orang per harinya.
Mereka yang datang melapor, biasanya yang datang berombongan naik bus, belum termasuk peziarah yang datang dengan kendaraan pribadi roda dua dan empat dan kendaraan umum yang tidak melapor.
"Secara umum, pada malam Jumat legi dan hari libur Minggu, peziarah yang datang selalu ramai dibandingkan hari biasa," jelas Teguh mengambarkan.
Ia mencontohkan, pada hari libur tahun baru 2011 lalu, diperkirakan jumlah peziarahnya mencapai sembilan ribu orang yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
Menurut Teguh, kompleks makam di Ponpes Tebu Ireng tersebut, sebenarnya selalu dikunjungi peziarah sebelum ada makam Gus Dur. Sebelumnya, peziarah datang untuk datang ke makam KH Hasyim Asyari, kakek Gus Dur, yang lokasi makamnya berada di dekat makam Gus Dur yang sekarang.
"Kalau dulu, jumlah peziarah tidak banyak hanya berkisar ratusan orang setiap harinya," papar Teguh, menambahkan.
Mencapai lokasi makam Gus Dur di Jombang cukup mudah, hanya sekitar tujuh kilometer dari Stasiun KA Jombang dan berada di tepi jalan raya Jombang-Batu, Malang. Dengan terjadinya peningkatan jumlah peziarah tersebut, di pintu utama masuk makam, pengunjung harus berjalan berdesak-desakan, sebelum mencapai makam.
Termasuk di sepanjang jalan raya Jombang di depan makam, semua kendaraan berjalan merayap, karena sebagian kendaraan para peziarah diparkir di sepanjang kanan kiri di jalan setempat.
Selain itu, di tepi jalan juga dipenuhi dengan para pedagang yang menjajakan dagangannya di tepi jalan raya di kawawan itu. Begitu pula dari arah lokasi parkir bus yang berada di selatan yang jaraknya sekitar 150 meter dengan makam, pengunjung juga harus berjalan perlahan di sepanjang jalan di desa setempat.
Bagi peziarah yang datang, terpaksa harus antre untuk berdoa di depan makam Gus Dur dan KH Hasyim Asya'ri. Di lokasi makam, hanya ada seorang petugas yang mengatur mengalir keluar masuknya, para peziarah baik yang baru datang maupun keluar.
"Tidak hanya pagi dan siang hari, malam hari juga seperti ini, peziarah datang mengalir," ungkap Kholilo.
Sesuai ketentuan, kompleks pemakaman Ponpes Tebu Ireng tersebut, setiap hari buka pukul 07.00-16.00 WIB dan buka kembali mulai pukul 20.00-04.00 WIB.
Melihat kondisi lingkungan setempat, tidak terlalu berlebihan kalau kemudian Zannuba Arifah Chafshoh atau Yenny Wahid, mendukung pembangunan infrastruktur, seperti jalan dan fasilitas pendukung lainnya, karena sangat dibutuhkan oleh para peziarah.
"Hanya saja, saya mengingatkan agar penggunaan APBN dan APBD untuk pembangunan infrastruktur dilakukan secara transparan karena hal ini menyangkut nama besar Gus Dur," tuturnya.
Seperti disampaikan petugas di posko di Masjid Ulul Albab di lingkungan Ponpes Tebu Ireng, S Achmadi (41), pembangunan lokasi parkir, juga fasilitas pendukung lainnya di atas tanah seluas lima hektare masih dalam tahap pengurukan.
Diperkirakan, pembangunan fasilitas pendukung makam Gus Dur bagi peziarah tersebut, rampung 2014. Fasilitas pendukung di lokasi parkir yang berdekatan dengan masjid induk Ulul Albab tersebut di antaranya, museum dan perpustakaan.
"Kalau data yang saya terima besarnya dana pembangunan lapangan parkir, juga yang lainnya mencapai Rp180 miliar," paparnya.
Berziarah ke Makam Gus Dur
Jumat, 5 Agustus 2011 8:23 WIB
