Surabaya (ANTARA) - Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, demi mewujudkan daerah itu menjadi Kota Layak Anak Dunia.
Upaya itu menyusul setelah lima tahun berturut-turut Surabaya meraih penghargaan Kota Layak Anak (KLA) di tingkat Nasional untuk Kategori Utama dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA).
Kali ini, Kota Surabaya ingin naik level menuju Kota Layak Anak Dunia atau jaringan global Child Friendly Cities Initiatives (CFCI) Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-bangsa atau United Nation Childrens Fund (Unicef).
Kota Pahlawan dinilai layak mendapatkan predikat itu dan dinilai layak sejajar dengan kota-kota besar di dunia dalam hal memberikan kenyamanan, keamanan, dan pemenuhan hak kepada anak.
Surabaya menuju Kota Layak Anak tingkat dunia itu diinisiasi oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, dengan mengirimkan surat kepada Unicef Indonesia pada 13 Desember 2022.
Dalam surat tersebut, Wali Kota Eri mengajukan diri untuk menjadikan Surabaya sebagai anggota CFCI, sebuah forum atau jaringan khusus di dunia yang fokus pada kota layak anak tingkat internasional atau dunia. Unicef Indonesia pun siap mendukung Surabaya menjadi anggota CFCI.
Keinginan dan komitmen Pemkot Surabaya disambut dengan sangat baik oleh Unicef perwakilan Jawa dan Indonesia. Bahkan, mereka juga menilai komitmen pemkot dan DPRD Surabaya sangat luar biasa untuk menjadikan Surabaya Kota Layak Anak tingkat dunia.
Bagi Cak Eri, panggilan akrab Eri Cahyadi, sebenarnya tujuan utama mengajukan Surabaya sebagai anggota CFCI bukan hanya sekadar predikat. Lebih dari itu untuk menjaga kota itu bagi tumbung kembang anak-anak Surabaya dengan nyaman di kemudian hari. Mereka harus merasa aman dan nyaman berada di kotanya sendiri.
Makanya, Cak Eri berharap anak-anak harus berani mengeluarkan pendapatnya dan harus menjadi bagian dari pembangunan kota, sehingga kelak mereka betul-betul merasa aman dan nyaman berada tinggal di Surabaya.
Untuk mewujudkan Surabaya menjadi Kota Layak Anak tingkat dunia butuh dukungan dan sinergi dari semua pihak, butuh kolaborasi dan gotong royong dengan semua elemen masyarakat. Bahkan, pemkot juga sudah didampingi oleh Unicef Jawa dan Indonesia untuk mewujudkan itu semua.
Dalam satu atau dua tahun ke depan, Surabaya akan didampingi oleh Unicef. Ketika ada kekurangan, Unicef akan menyampaikan agar disempurnakan. Apalagi selama ini sudah banyak program pemkot yang ramah anak, sehingga ke depan bisa terus digenjot.
Saat ini, pemkot bersama DPRD Surabaya juga terus mengebut perubahan Peraturan Daerah (Perda) tentang Perlindungan Anak, sehingga semua sektor harus ramah anak. Pemkot juga sudah membentuk Asosiasi Pengusaha Sahabat Anak Indonesia (APSAI) Kota Surabaya, Jurnalis Sahabat Anak Kota Surabaya, dan juga Forum Anak Surabaya yang juga ikut berpartisipasi dalam musyawarah perencanaan pembangunan (musrembang).
Selain itu, pemkot juga sudah membentuk Pusat Informasi Sahabat Anak (PISA) dan penyediaan Sekretariat Forum Anak Surabaya (FAS). Bahkan, ada pula Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) yang merupakan layanan satu pintu mengenai masalah anak dan keluarga.
Ada juga Rumah Anak Prestasi yang menjadi rumah kreativitas anak-anak disabilitas, Pondok Kalijudan dan Kampung Anak Negeri. Pemkot juga sudah menyebar Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di berbagai penjuru kota.
Begitu juga ada Kampung Belajar, Kampung Sehat, Kampung Aman, Kampung Asuh, Kampung Kreatif Inovatif, Kampung Bebas Rokok dan Narkoba, Wisata Ramah Anak, Puskesmas Ramah Anak, Sekolah Ramah Anak, Ruang Bermain Ramah Anak dan taman kota ramah anak disabilitas. Pemkot juga memfasilitasi anak-anak dengan Bus Sekolah, bantuan seragam sekolah, hingga beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa.
Selain itu, Pemkot Surabaya juga terus menekan angka stunting, dari yang awalnya 6.722 balita di tahun 2021, akhirnya tinggal 923 balita di tahun 2022. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) juga terus menurun.
Surabaya juga sudah menjadi barometer PAUD Holistik Integratif tingkat nasional. Berbagai kegiatan Bunda PAUD pun banyak digelar. Ada pula pemberian bantuan makanan atau permakanan tambahan kepada siswa PPT dan pos PAUD serta berbagai program lainnya.
Baca juga: Satu-satunya di Indonesia, Surabaya menuju Kota Layak Anak Dunia
Pendampingan
Unicef Indonesia merespons baik surat dari Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada Desember 2022 yang menginginkan Surabaya menjadi bagian dari jaringan global Child Friendly Cities Initiatives (CFCI) dalam mengikuti penilaian Kota Layak Anak Tingkat Dunia.
Untuk itu, Country Representative Unicef Indonesia Maniza Zaman beserta tim Unicef, Chief Field Operation Unicef Indonesia Marcella Christina, dan Kepala Perwakilan Unicef untuk Wilayah Jawa Tubagus Arie Rukmantara meninjau berbagai layanan fasilitas yang disediakan oleh Pemkot Surabaya selama dua hari pada pertengahan Februari 2023. Kedatangan Unicef juga memastikan partisipasi anak-anak dalam pembangunan.
Arie menilai bahwa Kota Surabaya pantas menjadi Kota Layak Anak Tingkat Dunia karena terus melibatkan partisipasi anak-anak, salah satunya telah diterbitkan Surat Edaran (SE) Wali Kota kepada kelurahan untuk mengajak anak-anak ikut memberikan pendapat dalam kegiatan musrenbang.
Mereka memiliki argumen yang kuat sebagai bagian dalam pembuatan kebijakan. Kemajuan Kota Surabaya yang tercatat sebagai indikator, jauh lebih besar dan kompatibel dengan negara yang memiliki kota maju lainnya. Bagi dia, Surabaya harus melihat dunia sebagai barometer.
Oleh sebab itu, selama 2 hingga 2,5 tahun ke depan, Kota Surabaya akan mendapat pendampingan penuh dari Unicef, mulai dari proses pendampingan dan observasi secara langsung, di antaranya menghimpun seluruh laporan dan informasi tentang kesiapan Kota Surabaya.
Lalu pembuatan rencana kerja, dimana perwakilan Kantor Regional Asia Timur dan Pasifik Unicef akan datang kembali ke Surabaya untuk membahas rencana kerja atau rencana aksi. Kemudian, memonitor implementasi rencana aksi serta memastikan bahwa keinginan menjadi anggota CFCI itu bukan dari wali kota saja, tetapi juga seluruh anak dan masyarakat Kota Surabaya.
Lebih lanjut, seluruh anak-anak di Kota Surabaya harus mendapatkan layanan fasilitas yang sama, harus punya cara untuk keluar dari jebakan kemiskinan, punya cara untuk sekolah dan kreativitas lainnya, anak-anak nyaman tinggal di Surabaya serta bisa meningkatkan sistem perlindungan dan hak anak.
Dalam jaringan global CFCI, mereka akan saling mengingatkan untuk meningkatkan sistem perlindungan dan hak anak. CFCI bukan garis akhir, tetapi sebuah mekanisme saling mengingatkan untuk terus berupaya menjadi lebih baik lagi.
Surabaya dinilai Unicef layak mendapatkan predikat Kota Layak Anak Dunia jika dibandingkan dengan kabupaten atau kota lainnya di Indonesia, salah satu indikatornya adalah Surabaya sudah lima kali berturut-turut mendapatkan Kota Layak Anak kategori utama dan itu merupakan penghargaan tertinggi di tingkat Nasional.
Indikator lainnya, visi Wali Kota Surabaya, baik yang sekarang maupun yang sebelumnya sama, yaitu ingin memastikan anak-anak aman dan nyaman di kotanya.
Bahkan, wali kota sangat tegas menyatakan bahwa kota itu ingin dititipkan kepada anak-anak yang akan menjadi pemimpin Surabaya di masa mendatang. Jadi, Surabaya ini merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang mengajukan diri menjadi anggota CFCI, Surabaya menjadi pelopor anggota CFCI di Indonesia.
Jika Surabaya berhasil menjadi anggota CFCI, maka Indonesia ini akan menjadi negara yang ke 35 atau negara yang ke 36 menjadi anggota CFCI. Sebab setelah Surabaya mengajukan, ternyata Kuala Lumpur, Malaysia, juga mengajukan, sehingga keduanya berlomba lebih cepat mana antara Surabaya dengan Kuala Lumpur.
Sampai saat ini ada 1.000 lebih kota dari 34 negara yang menjadi anggota CFCI.
Dukungan lain juga disampaikan Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti. Surabaya menuju kota layak anak Dunia perlu diwujudkan dan didukung semua pihak sebagai wujud cinta untuk anak-anak di Kota Pahlawan.
Untuk itu, Pemkot bersama DPRD terus mengupayakan bagaimana menjadikan kota tersebut menjadi kota yang anak-anak dapat tumbuh sehat dan kelak menjadi insan yang berkualitas, yang lebih baik dari generasi saat ini.
Ikhtiar yang dilakukan tersebut bukan sekadar untuk meraih penghargaan dari Unicef, tetapi menjadi momen bagi Surabaya, khususnya keberpihakan pemangku kebijakan, dalam menyediakan lingkungan yang ramah anak dan memberi ruang ekspresi dan partisipasi anak.
Puspaga
Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) menjadi salah satu penilaian Unicef untuk Surabaya agar mendapat predikat Kota Layak Anak Tingkat Dunia.
Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya Rini Indriyani mengatakan, untuk mendukung terciptanya kota ramah anak, pihaknya terus memberikan penguatan kepada keluarga melalui layanan Puspaga. Melalui layanan fasilitas Puspaga, para orang tua bisa berkonsultasi mengenai pola asuh kepada anak.
Puspaga saat ini bukan hanya melayani konsultasi untuk keluarga yang bermasalah atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), tetapi juga menerima konsultasi orang tua yang mempunyai anak-anak anak berkebutuhan khusus (ABK) juga disabilitas.
Bahkan, di Puspaga ada beberapa layanan konseling, ada ruang khusus ABK, dan ada juga pendampingan untuk anak dan orang tuanya.
Setiap orang tua, khususnya seorang ibu, harus bisa memahami karakteristik dan kepribadian anak. Jika tidak mendalami dan mempelajari lebih dalam karakteristik anak, khususnya ABK, maka anak akan sangat sulit berkembang.
Untuk itu, Puspaga mempersilahkan semua orang tua di Surabaya mendatangi layana itu, dengan mengikuti diskusi ketahanan keluarga atau konsultasi seputar penanganan anak. Para orang tua tidak perlu malu datang ke Puspaga untuk berkonsultasi karena tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semuanya.