Wali Kota Mojokerto, Jawa Timur, Ika Puspitasari mengajak generasi muda di kota setempat untuk tetap kompak dalam upaya menjaga kerukunan antarumat beragama.
"Apapun perbedaan di antara kita, ketika kita duduk bersama dengan niat, niat untuk menjaga kerukunan, tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan. Asal kita guyub, Insya Allah semuanya akan berkah,” ujar Wali Kota yang akrab disapa Ning Ita tersebut dalam Sosialisasi Kerukunan Umat Beragama, di Ruang Sabha Mandala Madya, Kantor Pemkot Mojokerto, Selasa.
Ia menjelaskan jika kerukunan antar umat beragama menjadi modal penting untuk keberlangsungan pembangunan di Kota Mojokerto. Peran tersebut tidak hanya dipegang oleh pemerintah ataupun masyarakat berusia dewasa, melainkan juga pemuda.
"Karena tokoh pemuda inilah, sejatinya yang ke depan akan menjadi penggerak untuk keberlanjutan negara kita, yang akan menjadi motor untuk keberlangsungan Kota Mojokerto ke depan," kata Ning Ita.
Pihaknya juga berharap untuk memupuk semangat persatuan tersebut, ke depan dapat digelar berbagai kegiatan yang melibatkan pemuda Kota Mojokerto dari berbagai latar belakang agama, etnis, suku, dan budaya. Melalui kegiatan kolaborasi, Ning Ita ingin menekankan meskipun semua berbeda-beda, namun memiliki akar budaya yang sama.
“Agama boleh berbeda-beda, suku boleh tidak sama, etnis juga boleh tidak sama, tetapi akar budaya kita adalah sama yaitu Indonesia,” kata Ning Ita.
Pada sosialisasi yang digelar pemkot melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) itu diikuti oleh 75 pemuda yang tergabung dalam Generasi Muda Forum Kerukunan Umat Beragama (Gema FKUB). Organisasi tersebut terdiri dari para pemuda dari berbagai agama di Kota Mojokerto, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katholik, Budha, Hindu, dan Konghucu.
"Karena tokoh pemuda inilah, sejatinya yang ke depan akan menjadi penggerak untuk keberlanjutan negara kita, yang akan menjadi motor untuk keberlangsungan Kota Mojokerto ke depan," kata Ning Ita.
Pihaknya juga berharap untuk memupuk semangat persatuan tersebut, ke depan dapat digelar berbagai kegiatan yang melibatkan pemuda Kota Mojokerto dari berbagai latar belakang agama, etnis, suku, dan budaya. Melalui kegiatan kolaborasi, Ning Ita ingin menekankan meskipun semua berbeda-beda, namun memiliki akar budaya yang sama.
“Agama boleh berbeda-beda, suku boleh tidak sama, etnis juga boleh tidak sama, tetapi akar budaya kita adalah sama yaitu Indonesia,” kata Ning Ita.
Pada sosialisasi yang digelar pemkot melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) itu diikuti oleh 75 pemuda yang tergabung dalam Generasi Muda Forum Kerukunan Umat Beragama (Gema FKUB). Organisasi tersebut terdiri dari para pemuda dari berbagai agama di Kota Mojokerto, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katholik, Budha, Hindu, dan Konghucu.