Surabaya (ANTARA) - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto menyatakan kesiapan memenuhi tenaga kerja bidang konstruksi yang dibutuhkan Malaysia.
Adik dalam keterangan yang diterima di Surabaya, Rabu, mengatakan kesiapan itu dia ucapkan saat bertemu dengan Secetary Gerenal Dewan Perniagaan dan Perindustrian Kebangsaan Malaysia Michael Chai.
"Saat ini Malaysia butuh skill worker (pekerja terampil) di sektor konstruksi sekitar 21 ribu tenaga kerja, nah itu akan kami penuhi. Bersama Kadin Institute akan kami siapkan tenaga kerja yang terampil dan bersertifikasi BNSP," katanya.
Ia mengatakan Kadin selama ini memang gencar melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan tenaga kerja melalui pelatihan dan sertifikasi. Langkah ini dilakukan agar tenaga kerja Indonesia bisa bersaing dengan tenaga kerja dari luar negeri.
Tidak hanya tenaga kerja dalam negeri, tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri juga harus ditingkatkan.
Jika sebelumnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang dikirim ke Malaysia yang terbanyak masih di sektor asisten rumah tangga (ART) dengan gaji rata-rata mencapai Rp4 juta per bulan yang disesuaikan dengan besaran upah minimum di Malaysia, maka kondisi tersebut sedikit demi sedikit harus diubah.
"Yang skill worker ini harus ditingkatkan agar tenaga kerja kita dihargai di negeri orang," ucapnya.
Selain itu, lawatan ke Malaysia tersebut juga digunakan Adik untuk menarik investasi dari Malaysia ke Jatim.
"Kalau investasi, yang kami tawarkan adalah sektor pariwisata, khususnya untuk sport tourism dan medical tourism. Kita punya Ijen di Banyuwangi dan kita juga punya Gilli Iyang di Sumenep yang memiliki oksigen terbersih ke dua di dunia. Itu kita tawarkan. Apalagi selama ini, banyak sekali wisatawan Malaysia yang berkunjung ke Indonesia," ujarnya.
Dia mengatakan kerja sama perdagangan Jatim dengan Malaysia saat ini cukup bagus.
Menurut dia, Malaysia adalah mitra dagang Jatim yang potensial.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan ekspor Jatim ke Malaysia pada tahun ini, dari Januari hingga November, mencapai sekitar 1,708 miliar dolar AS, menjadi negara tujuan ekspor terbesar dibanding ke negara Asia Tenggara lain.
Nilai tersebut naik sekitar 20,44 persen dibanding tahun lalu pada periode yang sama sebesar 1,418 miliar dolar AS.
"Kerja sama sektor perdagangan ini harus terus ditingkatkan. Saat misi dagang kemarin, Jatim berhasil membukukan transaksi sekitar Rp4,87 miliar, pencapaian yang sangat bagus yang nantinya akan bisa berdampak positif terhadap kinerja ekonomi kita," ujar dia.