Surabaya (ANTARA) - Kota Surabaya, Jawa Timur, sukses memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) kategori Superlatif Tari Remo Massal di penghujung akhir tahun 2022.
Penyerahan piagam penghargaan Rekor Muri itu diberikan secara langsung oleh Direktur Operasional Muri, Yusuf Ngadri kepada Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Jembatan Suroboyo, Minggu.
"Yang bisa saya katakan luar biasa, totalnya ada 65.946 peserta," kata Yusuf Ngadri.
Penghargaan Rekor Muri Dunia ini diberikan untuk Kota Surabaya karena berhasil menggerakkan 65.946 peserta penari Remo yang terdiri dari pelajar SD-SMP. Uniknya, puluhan ribu pelajar itu melenggang bersama di 10 situs sejarah dan dua jembatan.
Yusuf mengapresiasi warga Kota Surabaya yang telah berpartisipasi dalam pemecahan Rekor Muri Dunia kali ini. Yusuf turut mengacungi jempol pemkot yang sudah berhasil mengangkat kembali seni budaya lokal dan menanamkan jiwa patriotisme kepada ribuan pelajar.
"Harapan kami, jangan sampai kegiatan pelestarian budaya dan menanamkan jiwa patriotisme ini berhenti sampai di sini. Sehingga ke depannya, tari Remo sebagai seni budaya 'Arek-arek Suroboyo' tetap berkembang," kata Yusuf.
Dia menambahkan, piagam rekor Muri kategori Superlatif No.10762/R.MURI/XII/2022, Tari Remo oleh Pelajar secara Serentak di Situs Sejarah dan Jembatan Terbanyak ini, dianugerahkan secara langsung kepada Wali Kota Eri Cahyadi.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, Tari Remo ini digelar secara massal untuk melestarikan budaya asli Surabaya, Jawa Timur, yang di dalamnya mempunyai makna kepahlawanan. Dengan menari Remo massal, secara tidak langsung jiwa kepahlawanan itu akan tertanam di dalam diri para pelajar Kota Pahlawan.
"Saya yakin, ketika di dalam dirinya tertanam jiwa kepahlawanan, mereka akan memiliki pribadi yang kuat. Karena mereka sudah tertanam budaya 'Arek Suroboyo'," kata Cak Eri panggilan lekatnya.
Dalam tari Remo massal ini, kata dia, Pemkot Surabaya tidak hanya melibatkan ribuan pelajar, tetapi, juga melibatkan sanggar tari dan peran serta wali murid, sanggar tari, guru dan seluruh stakeholder yang terlibat dalam pagelaran akbar tersebut.
"Rekor Muri ini, tidak saya persembahkan untuk Pemkot Surabaya, akan tetapi untuk seluruh warga yang sudah mau menjaga kekompakan dan budaya ini di dalam dirinya. Dengan filosofi tari Remo, karakter kita pasti akan terbentuk," kata dua.
Cak Eri menjelaskan, alasan tari Remo massal ini digelar di 10 ikon bersejarah dan dua jembatan di Surabaya. Sebab, dirinya ingin menanamkan jiwa kepahlawanan sekaligus mengenalkan kepada para pelajar.
"Saya harap filosofi tari Remo itu tertanam terus di jiwa mereka (pelajar) dan hari terwujud. Saya matur nuwun (terima kasih) banyak kepada semuanya, sehingga tetap mempertahan budaya “Arek Suroboyo," kata dia.
Selain dipusatkan di Jembatan Suroboyo, kegiatan Tari Remo Massal yang digelar serentak diberbagai tempat bersejarah di antaranya, Jembatan Merah, Tugu Pahlawan, Jalan Tunjungan, Jembatan Sawunggaling, Halaman Balai Kota, Alun-Alun Balai Pemuda Surabaya, Taman Bungkul, Taman Apsari, Taman 10 Nopember, dan halaman SD-SMP se-Surabaya.