Museveni Serukan Dukungan Udara Asing Perangi Gerilyawan di Somalia
Selasa, 12 Juli 2011 4:44 WIB
Kampala (ANTARA/Reuters) - Presiden Uganda Yoweri Museveni hari Senin menyerukan dukungan udara asing untuk membantu menumpas gerilyawan muslim garis keras di Somalia, setahun setelah serangan bom bunuh diri menewaskan 79 orang di ibu kota Uganda.
Ia mengatakan, dukungan udara dan laut "internasional" bagi pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika AMISOM diperlukan untuk mengalahkan gerilyawan tersebut dan memerangi perompakan di lepas pantai Somalia.
"Mengapa masyarakat internasional perlu mempertahankan ini? Kami siap mengatasi masalah ini secara meyakinkan," kata Museveni.
AS melancarkan serangan pesawat tak berawak di Somalia bulan lalu, yang menewaskan satu anggota Al-Shabaab dan mencederai beberapa orang, kata media AS.
Serangan helikopter juga dilakukan AS di negara Afrika yang dilanda kekacauan itu pada 2009 namun keterlibatan asing dalam konflik itu dibatasi, meski Uni Afrika terus meminta bantuan dari PBB.
Pasukan Uganda merupakan tulang-punggung dari pasukan AMISOM berkekuatan 9.000 orang yang merupakan satu-satunya kekuatan yang mencegah kelompok gerilya Al-Shabaab menggulingkan pemerintah Somalia dukungan Barat yang mandatnya berakhir pada Agustus.
Juru bicara AMISOM Mayor Paddy Ankunda mengatakan, 3.000 prajurit tambahan segera ditempatkan di Somalia.
Mereka menghadapi militan yang bertekad membalas kematian pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, pada suatu masa ketika para pemimpin Somalia terpecah perhatiannya karena perselisihan politik.
Presiden Sheikh Sharif Ahmed memperpanjang masa jabatannya, demikian juga parlemen, yang ketuanya, Sharif Hassan Sheikh Aden, berambisi menjadi presiden. Pihak-pihak eksekutif dan legislatif tidak mengakui perpanjangan mandat masing-masing.
Namun, kesepakatan telah dicapai belum lama ini di Kampala, ibu kota Uganda, mengenai perpanjangan masa jabatan setahun lagi bagi presiden dan ketua parlemen.
Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.
Serangan-serangan bom pada 11 Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di Afrika Selatan.
Pemimpin Al-Shabaab telah memperingatkan dalam pesan terekam pada Juli bahwa Uganda akan menghadapi pembalasan karena peranannya dalam membantu pemerintah sementara Somalia yang didukung Barat.
Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan keras di negara Tanduk Afrika tersebut.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.