Malang - Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, Jawa Timur, menangani Rifan Kristanto, anak balita berumur 2 tahun 11 bulan, dengan penyakit tumor mata yang memasuki stadium berat. Salah satu anggota tim dokter yang menangani bocah itu, dr Lely Retno W SPM (K), Kamis mengatakan, penyakit tumor mata pada balita diakui sering terjadi, namun yang memasuki stadium berat sangat jarang sekali. Hal ini akibat keterlambatan orang tua dalam memeriksakan Rifan, yang menyebabkan anak tersebut harus menjalani perawatan dan pengawasan intensif dari tim dokter RSSA. "Kita belum bisa melakukan operasi terhadap penyakit tumor yang ada di mata Rifan, sebab kondisi tubuhnya masih belum kondusif, dan juga mengalami batuk," katanya. Lely mengatakan, tumor mata yang diderita Rifan itu akibat adanya penyakit genetik yang ada pada keluarga sebelumnya, sementara keterlambatan orang tua dalam memeriksakan anak tersebut membuat tumornya memasuki stadium berat. "Gejala awal yang terjadi pada tumor mata, yakni sebelumnya mata anak itu bersinar-sinar seperti mata kucing, oleh karena itu diharapkan orang tua bisa segera memeriksakan ke dokter mata apabila ada anak yang menderita penyakit seperti itu, sehingga gejala tumor mata bisa diantisipasi, dan tidak memasuki stadium berat," katanya. Lely mengaku, penanganan pada Rifan akan dilakukan secara bertahap, dan saat ini tim dokter RSSA Malang masih menunggu hasil pemeriksaan "Magnetic Resonance Imaging" (MRI), yakni salah satu bentuk pemeriksaan radiologi yang menggunakan prinsip magnetisasi. Sementara orang tua Rifan, Mujiono mengaku, penyakit yang dialami Rifan bermula saat istrinya sedang hamil dua bulan. "Saat itu, istri saya, Kasmiah tak mau makan. Lalu jatuh sakit beberapa bulan," kata Mujiono yang tinggal di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Mujiono mengatakan, sejak lahir hingga berumur setahun, tidak terlihat ada kelainan pada mata Rifan, namun baru terlihat saat usia dua tahun. Kelainan itu, terlihat pada retina ada titik berwarna putih. "Pada awal Juni, permukaan mata Rifan agak menonjol ke depan. Saat itulah saya dan istri saya mulai gelisah dan ketakutan," kata Mujiono. Mujiono yang bekerja sehari-hari sebagai petani ini mengaku, keterbatasan dana membuat Rifan terlambat dirujuk ke rumah sakit, sebab jarak tempuh antara rumahnya dengan RSSA Malang cukup jauh, yakni sekitar 25 kilometer. "Kalau biaya berobat, kita sudah menggunakan Jamkesda, namun kadang pula butuh dana untuk transport pulang pergi ke desa untuk mengurusi segala administrasi berkas dan kelengkapan Jamkesda yang dibutuhkan setiap hari untuk pengambilan obat," katanya.
Berita Terkait
RSSA Malang sempat terdampak asap gas air mata saat kericuhan demo
30 Agustus 2025 14:17
Korban tewas kecelakaan bus Brimob di Tol Purwodadi dibawa ke RSSA Malang
1 Februari 2025 16:23
Pemprov Jatim optimis Grand Paviliun jawab kebutuhan layanan kesehatan
31 Oktober 2024 17:17
RSSA jadi tempat tes kesehatan bacalon pilkada sejumlah daerah
23 Agustus 2024 18:25
KPU Malang tunjuk RSSA jadi tempat tes kesehatan bacalon pilkada
23 Agustus 2024 13:05
PT Indo Parkir Utama lapor Ombudsman terkait lelang parkir RSSA
20 Maret 2024 20:36
Tim dokter RSSA pulangkan Aisyah dan Aliyah pascaoperasi pemisahan
22 Agustus 2023 12:48
Kondisi bayi Aisyah dan Aliyah membaik pasca-operasi pemisahan di RSSA
15 Agustus 2023 18:28
