Surabaya (ANTARA) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur mendukung upaya pemerintah provinsi setempat meningkatkan ekspor ke Arab Saudi dengan mengikuti pameran Indonesian Week 2022 di Riyadh dan misi dagang dengan Jeddah.
"Kami mendukung penuh upaya percepatan pemulihan ekonomi Jatim melalui peningkatan ekspor ke sejumlah negara, salah satunya dengan Arab Saudi," kata Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto dihubungi di Surabaya, Minggu.
Ia mengatakan dalam kegiatan pameran dan misi dagang tersebut, dia membawa serta belasan pengusaha asal Jawa Timur.
Kunjungan ke Arab Saudi diawali dengan melalukan ziarah ke makam Sayyidah Khodijah, istri Rasulullah Muhammad SAW dan KH Maimoen Zubair di Maqbarah Jannat Al Ma'la atau Pemakaman Ma'la di Mekkah pada Jumat (25/11).
Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan kunjungan ke Lulu Hypermart di Riyadh, Arab Saudi pada Sabtu (26/11) untuk melihat produk Indonesia yang tersedia di sana serta produk potensial untuk bisa diekspor.
Selain itu, sharing knowledge juga dilakukan bersama Managing Director Sami F. Alkathiri Trading Est., Sami F. Alkathiri tentang bagaimana menembus pasar Arabi Saudi yang dilanjutkan dengan mengikuti pembukaan pameran Indonesian Week 2022.
"Ada 18 pengusaha dari industri menengah yang ikut, mereka membawa berbagai produk potensial untuk diekspor ke Arab Saudi di antaranya makanan dan minuman, alat pemadam kebakaran, arang kayu, tepung porang, tepung mocaf, kacang gangsar, serta teh hijau jamus," kata Adik.
"Selain itu juga ada industri besar dari Jatim yang ikut, di antaranya kopi Kapal Api, Finna, dan Tjiwi Kimia," tambah dia.
Adik mengungkapkan pameran ini sangat strategis karena Arab Saudi adalah pasar yang cukup besar dan potensial. Terlebih hampir seluruh produk yang dibutuhkan oleh masyarakat Arab berasal dari impor.
"Di sini produksi hampir tidak ada sehingga kebutuhan dipenuhi dari impor. Tetapi produk Indonesia yang masuk disini masih kecil, hanya beberapa produk dari industri besar seperti Indofood dan Finna, kalah dengan negara lain seperti China, India, Korea, Jepang dan Taiwan," tutur dia.
Menurut Adik, Arab Saudi adalah salah satu mitra dagang terbesar Indonesia yang berada di kawasan Timur Tengah. Namun sejauh ini, neraca perdagangan yang terjadi selalu menunjukkan angka defisit untuk Indonesia.
Berdasarkan data Comtrade, pada 2021 nilai perdagangan Indonesia-Arab Saudi mencapai 5,55 miliar dolar AS atau setara Rp79 triliun (dengan kurs Rp14.269 per dolar AS). Nilai ini meningkat 40,4 persen dibanding tahun 2020 yang hanya sebesar 3,95 miliar dolar AS.
Ekspor Indonesia ke Arab Saudi pada 2021 mencapai 1,58 miliar dolar AS. Namun, impor Indonesia dari Arab Saudi mencapai 3,97 miliar dolar AS. Sehingga neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit 2,38 miliar dolar AS atau setara Rp 34 triliun.
Defisit neraca perdagangan dengan Arab Saudi ini selalu dialami Indonesia dalam 28 tahun terakhir. Defisit terdalam mencapai 4,7 miliar dolar AS pada 2013 akibat besarnya impor minyak.
Sementara sepanjang periode Januari-April 2022, neraca perdagangan Indonesia-Arab Saudi juga mengalami defisit.
Total perdagangan Indonesia Saudi Arabia dari Januari-April 2022 mencapai 2.566,14 juta dolar AS, dengan perincian ekspor Indonesia mencapai 623,72 juta dolar AS dan impor Indonesia mencapai 1,942 miliar dolar AS. Sehingga mengalami defisit sebesar 1,318 miliar AS.
"Untuk itu, kami harus memacu kinerja ekspor ke Arab Saudi. Apalagi mereka sangat terbuka. Dalam kegiatan ini kami tidak mematok target transaksi karena yang kami inginkan keberlanjutan kerja sama," katanya.
Hal sama juga diungkapkan oleh Wakil ketua komite tetap Jaringan Usaha Antar Provinsi Wilayah Tengah I. Kadin Jatim Mohammad Syafiudin yang juga Owner CV Prosperous Bersama bahwa ada banyak potensi kerja sama yang bisa digali dengan Arab Saudi.
"Melalui kegiatan seperti ini, kami jadi mengetahui produk apa yang mereka butuhkan, seperti makanan dan charcoal atau arang kayu, kebutuhan disini besar sekali karena masyarakat Arab senang barbeque," ujar Didi, panggilan akrab Mohammad Syafiudin.
Selain makanan dan arang kayu, ia juga membawa berbagai produk UMKM binaan Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Blitar, mulai dari makanan, kerajinan, pakaian dan produk alas kaki. Ia juga mengaku sangat senang bisa mengikuti pameran, terlebih ada sekitar 200 importir yang diundang dan hadir.
"Produk-produk kita sudah bagus, tinggal bagaimana mengenalkan saja. Nah, momen seperti ini penting agar produk yang sudah bagus ini bisa dikenal dan dilihat oleh masyarakat luar. Apalagi, pasar Saudi Arabia ini sangat luas karena hampir seluruh kebutuhan dipenuhi impor. Sayuran semuanya impor dari India, biskuit, dan produk yang lain juga banyak yang impor," katanya.
Perwakilan dari Kadin Kediri Raya, Nofian Supriyono juga mengaku sangat senang karena bisa memamerkan berbagai produk yang ia bawa, di antaranya produk teh hijau jamus, produk kacang Gangsar, aneka snack, tepung mocaf dan krupuk. Selain itu juga produk alat kebakaran, gula aren, produk sarung tenun dan lain sebagainya.
"Kalau krupuk harapan kami bisa untuk menyuplai kebutuhan haji dan umroh. Kegiatan pameran dan Misi Dagang dengan negara lain ini memang sangat kami nantikan. Harapannya bisa ekspor produk UMKM Kediri Raya karena jika lihat di Lulu Hypermart, banyak produk yang dari industri skala besar sudah masuk ke sini," katanya.