Jakarta (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menekankan peran penting hilirisasi industrialisasi sumber daya alam untuk jadi salah satu pendorong ekonomi.
Hal itu disampaikan Bahlil saat menjadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-77 Republik Indonesia di Tembagapura, Papua, yang dilaksanakan Rabu pukul 08.00 WIT atau 06.00 WIB.
Sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR, Selasa (16/8/2022), Bahlil menjelaskan bahwa salah satu faktor pendorong perekonomian Indonesia saat ini yaitu hilirisasi industri sumber daya alam (SDA).
Pemerintah telah melakukan pelarangan ekspor barang mentah yaitu nikel, dan akan dilanjutkan dengan pelarangan ekspor bauksit pada 2022 dan timah pada 2023 mendatang.
"Pelarangan ini sebagai cara agar hilirisasi dilakukan di dalam negeri sehingga memberikan nilai tambah yang tinggi dan juga menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Oleh karena itu, Bahlil mengapresiasi langkah PT Freeport Indonesia (PTFI) dalam membangun industri smelter terbesar di dunia yang berlokasi di JIIPE, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Bahlil berharap pembangunan smelter tembaga kedua PT FI ini dapat berjalan sesuai dengan target, yaitu akan selesai pada akhir 2023 dan mulai beroperasi pada bulan Mei 2024. Kementerian Investasi/BKPM pun berkomitmen memberikan dukungan penuh terhadap PT FI dalam merealisasikan rencana investasinya tersebut.
"Harus diingat, PT FI bukan lagi milik asing seperti dahulu. PT FI sudah milik Indonesia. 51 persen sahamnya sudah milik Indonesia. Milik kita semua. Tambang Freeport ini adalah salah satu yang berkelas di dunia. Kalau kita mampu mengelola dengan baik, ini akan memberikan satu bargain posisi tersendiri Indonesia di mata dunia, bahwa kita sebagai anak negeri bisa mengelola sumber daya dalam negeri dengan baik," ungkapnya.
Menurut Bahlil, saat ini hilirisasi industri di Indonesia sudah pada jalur yang benar. Bahlil mengungkapkan bahwa pada tahun 2017 lalu, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Tiongkok mencapai 18 miliar dolar AS dan di tahun 2021 masih tercatat defisit sebesar 2,5 miliar dolar AS.
Akan tetapi, pada semester I 2022 ini, neraca perdagangan Indonesia dengan Tiongkok tercatat surplus sebesar 1 miliar dolar AS dan secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia juga tercatat surplus sebesar 15,55 miliar dolar AS.
Baca juga: KKP dorong industrialisasi budi daya ikan patin
Menteri Bahlil tekankan pentingnya hilirisasi industrialisasi SDA
Rabu, 17 Agustus 2022 11:17 WIB
Pelarangan ini sebagai cara agar hilirisasi dilakukan di dalam negeri sehingga memberikan nilai tambah yang tinggi