Situbondo (ANTARA) - PT Perkebunan Nusantara XI menanggapi unjuk rasa yang dilakukan seratusan petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) PG Assembagoes Situbondo, Jawa Timur, Rabu.
Manajer QA PTPN XI Agus Armanda mengatakan pihaknya menghormati penyampaian aspirasi sebagai bagian dari pola komunikasi untuk memperkuat pola kemitraan antara petani tebu dengan PTPN XI.
"Beberapa tahun terakhir memang ada pergeseran pola hubungan antara pabrik gula dengan petani, dari kemitraan menjadi transaksional," ujar Agus Armanda dalam keterangan tertulis diterima ANTARA di Situbondo, Rabu.
Baca juga: Rabu ini petani tebu Situbondo demo PG Assembagoes
Melalui pola hubungan baru ini, PTPN XI bersama petani berproses untuk menemukan formulasi terbaik dalam bingkai kemitraan. Hal ini sesuai harapan Gubernur Jawa Timur saat pengukuhan pengurus APTRI awal tahun lalu di Surabaya.
"Harapan Gubernur Jatim bahwa petani tebu dan PG menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dan menguatkan," ucapnya.
Agus Armanda mengakui bahwa memang ada keterlambatan pembayaran tebu beberapa hari yang lalu, sesuai dengan yang dikeluhkan petani dalam aksi demonstrasi. Hal ini karena kondisi PTPN Group yang menggunakan sistem Holding Operasional. Namun, hal tersebut sudah kembali normal.
"Yang perlu dipahami bersama, yaitu konsep jual beli bahan baku tebu bahwa harga didasarkan pada potensinya, mulai rendemen dan kondisi manis bersih segar (MBS)," katanya.
Baca juga: Petani Situbondo unjuk rasa tuntut kenaikan harga tebu Rp70.000/kuintal
Katanya, konsep jual beli ini tidak merugikan salah satu pihak, justru saling menguntungkan sesuai dengan pola kemitraan. Apalagi tujuannya sama, yaitu menjadikan Situbondo sebagai lumbung gula di Jawa Timur.
"Mari bersama-sama mewujudkan Situbondo sebagai lumbung gula di Jatim. Apalagi Jatim merupakan barometer kebangkitan gula nasional, dan swasembada gula bisa terwujud," tuturnya.
Agus menjelaskan sistem pembelian tebu PG Assembagoes tahun 2022 dibayar selama lima hari kerja, yakni Senin hingga Jumat. Beberapa hari yang lalu pembayaran memang tersendat, namun sudah kembali normal.
Subairi, salah seorang petani tebu yang menjadi mitra PG Assembagoes, mengaku sudah menjadi mitra sejak lama sehingga tahu perkembangan dan kondisi PG, terutama kualitas pelayanan terhadap petani.
Baca juga: Pabrik gula Situbondo beli tebu petani Rp60.000 hingga Rp65.00/kuintal
Menurut ia, memang ada beberapa hal yang dinilainya kurang, salah satunya pola pembelian tebu. Namun, Pabrik Gula Assembagoes tidak pernah menutup mata dengan membuka ruang komunikasi untuk menemukan solusi dalam setiap permasalahan yang ada.
"Pola pembelian tebu masih baru bagi kami, tapi saya setuju bila akadnya didasarkan dengan kondisi tebu yang akan dijual ke PG," katanya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas General Manajer PG Assembagoes mengaku bahwa pihaknya terus berbenah untuk mengimplementasikan operation excellent, terlebih telah dilakukan proyek revitalisasi dan modernisasi pabrik gula Assembagoes, yang menelan biaya besar.
"Semangat kami adalah bagaimana tebu petani di wilayah Asembagus Situbondo dapat tergiling dengan optimal," katanya.
Sugondo mengaku bahwa komunikasi antara PG dengan petani sudah terjalin baik. Selama ini, komunikasi intens dilakukan melalui forum temu kemitraan. Forum ini menjadi tempat untuk menentukan awal giling hingga kontrak giling.
"Untuk meningkatkan kualitas tebu, kami bicarakan dalam forum ini. Termasuk jika ada masalah, maka kami cari solusi bersama dalam forum ini," ujarnya.
Hingga akhir Juli 2022, PG Assembagoes telah menggiling tebu sebanyak 234 ribu ton dengan gula produksi sebesar 14 ribu ton. GKP I dengan target masing-masing 448 ribu ton tebu tergiling dan 37 ribu ton gula produksi. (*)
PTPN XI hormati penyampaian aspirasi petani tebu Situbondo
Rabu, 3 Agustus 2022 22:24 WIB