Surabaya (ANTARA) - Menteri Sosial Tri Rismaharini memuji jajaran Institut Teknologi Telkom Surabaya (ITTS) yang berhasil membuat dua inovasi yakni panel surya dan mikrohidro sebagai upaya untuk menerangi tanah Papua.
"Dua inovasi ini sangat bagus sebagai respons atas kesulitan masyarakat di Papua," kata Risma di kampus setempat, Rabu.
Risma menyarankan penerapan panel surya terlebih dahulu dilakukan secara central karena yang paling penting adalah pasca-construction.
"Karena kita harus melatih saudara-saudara kita (masyarakat Papua) agar mereka bisa maintenance (merawatnya). Dari sisi budaya dan sumber daya manusia (SDM) sebaiknya memang central, meskipun akan lebih mahal namun ini untuk sustainablity-nya (kesinambungannya). Kemarin kami rencanakan 150 unit,” katanya.
Mengenai rencana implementasi mikrohidro, mantan Wali Kota Surabaya itu meminta untuk dilakukan survei terlebih dahulu karena lokasi yang jauh.
"Lakukan survei dulu dikarenakan medan yang berat juga karena bisa jadi jarak antara sungai ke perumahan penduduk itu jauh. Kita bisa memfokuskan pada proyek panel surya terlebih dahulu," katanya.
Di sela acara, Risma juga menyempatkan diri untuk melakukan peresmian inovasi Smart Urban Farming milik ITTelkom Surabaya yang terletak di bagian rooftop kampus.
Rektor ITTS, Tri Arief Sardjono menjelaskan Implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya ini akan diterapkan untuk perumahan korban bencana di Sentani. Sementara rancangan mikrohidro rencananya akan diimplementasikan di Puncak Jaya, Papua.
Proyek ini bekerja sama dengan Kementerian Sosial Republik Indonesia. Tri Arief mengungkapkan dua minggu lalu ia bersama tim datang ke Sentani untuk melakukan surveri serta mencoba memasang solar panel.
"Dengan perumahan tipe 36, akan dibutuhkan 76 unit solar cell berkapasitas 150 wp dengan beban masing-masing 7 watt sebanyak 10 buah dalam satu rumah," katanya.
Selain kebutuhan listrik perumahan setidaknya dibutuhkan 21 unit penerangan jalan umum (PJU) untuk penerangan jalan dengan radius pencahayaan 25 meter.
Sementara proyek selanjutnya adalah rancangan implementasi mikrohidro yang dilatarbelakangi oleh geografis tempat tinggal masyarakat.
Masyarakat Puncak Jaya rata-rata bermukim di lembah-lembah dan lereng-lereng yang sangat terjal dengan curah hujan sangat tinggi dan cuaca pun tidak menentu, penerangan juga terbatas. Penerangan di dalam rumah hanya menggunakan lilin atau lampu pelita.
"Penerangan ini memanfaatkan tenaga air dari aliran sungai. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), nanti kami akan membuat turbin francis berukuran kecil akan membantu turbin berputar dan menghasilkan listrik untuk masyarakat Puncak Jaya," kata Tri. (*)