Kediri (ANTARA) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, meminta pemilik usaha mematuhi aturan tera ulang pada alat timbangan mereka sehingga takarannya sesuai dan tidak merugikan konsumen.
"Kami ingin ada satu pemahaman pemilik UTTP (alat ukur takar timbang dan perlengkapannya) dengan kami di dinas sebagai petugas pelayanan tera. Sehingga diharapkan nantinya juga memiliki kesadaran penuh untuk melakukan tera ulang terhadap UTTP yang dimiliki," kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Kediri Tanto Wijohari di Kediri, Rabu.
Pihaknya melakukan edukasi pada masyarakat secara luas terutama pemilik UTTP . . Edukasi dilakukan dengan kegiatan penyuluhan metrologi legal di Kediri.
Dalam kegiatan tersebut diberikan pemahaman kepada peserta terkait tera, tera ulang dan pengawasan yang bertajuk 3M masyarakat melek metrologi "Peduli ukuran, takaran dan timbangan", dengan mendatangkan nara sumber dari Balai Standarisasi Metrologi Legal Regional II dan Polres Kediri Kota.
Tanto mengatakan dengan kegiatan tersebut untuk menambah wawasan dan pengetahuan para peserta terkait pentingnya metrologi legal yang berkualitas dan agar pelaku usaha dapat memahami dan menerapkan aturan -aturan tentang metrologi legal.
Pihaknya juga memiliki kewajiban untuk melakukan pengawasan dan perlindungan terhadap konsumen. "Jadi jangan sampai ada kecurangan terhadap konsumen, sehingga dengan adanya penyuluhan ini pemilik UTTP, dinas dan konsumen ada satu kesatuan," kata dia.
Ia juga mengatakan beberapa kendala di lapangan yang sering dijumpai adalah adanya anggapan bahwa timbangan setelah ditera akan rusak atau tidak pas. Ia berharap persepsi itu bisa diubah.
"Masa waktu tera itu satu tahun dan setelah itu harus diterakan ulang. Ke depan kami berharap tidak ada lagi komplain-komplain antara pemilik UTTP dengan petugas pelayanan tera dan para konsumen," kata dia.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 60 peserta. Kegiatan dimulai Selasa (14/6) hingga Kamis (16/6). Peserta yang dihadirkan dari latar belakang berbeda yakni pemilik UTTP baik IKM/industri kecil, pelaku usaha dan kios pertanian serta mahasiswa.
"Peserta kami pilih dari mahasiswa karena kita ingin mereka bisa menjadi konsumen yang cerdas. Kami berharap materi yang disampaikan narasumber juga bisa menyesuaikan agar ilmu yang didapat pada penyuluhan ini bisa dimanfaatkan dan diterapkan," kata dia. (*)