Sidoarjo (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mencanangkan Dusun Tanjungsari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur, sebagai kampung budi daya rumput laut.
Kampung rumput laut di kawasan Jabon memiliki luas areal polikultur sekitar 750 hektare yang dijalankan oleh 167 pelaku utama rumah tangga pembudi daya dan di dalamnya juga terdapat kegiatan budi daya bandeng serta udang.
"Pencanangan kampung budi daya rumput laut yang merupakan program terobosan KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) ini diyakini dapat mendukung optimalisasi peningkatan kesejahteraan masyarakat pembudi daya di daerah," kata Menteri Trenggono dalam keterangan tertulis di Sidoarjo.
Menteri Trenggono datang ke lokasi budi daya rumput laut Gracilaria tersebut untuk menjadikan kampung tersebut sebagai lokasi percontohan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Komoditas unggulannya ada rumput laut jenis Gracilaria sp atau rumput laut merah yang memiliki nilai ekonomi tinggi untuk keperluan industri modern, baik di bidang pangan maupun nonpangan.
"Total produksi rumput laut mencapai 200 hingga 500 ton per bulan dengan harga jual kurang lebih Rp6.000 per kilogram. Perputaran ekonomi budidaya rumput laut di Jabon sekitar Rp1,2-3 miliar per bulan," ujarnya.
Dengan mengusung konsep corporate farming, kata dia, pencanangan Kampung Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Jabon ditargetkan menjadi pemicu tumbuhnya kegiatan ekonomi turunan, di antaranya usaha pengolahan.
Menurut dia, konsep ini dilaksanakan dengan menyinergikan berbagai potensi untuk mendorong berkembangnya sistem usaha perikanan budi daya yang berdaya saing dan berkelanjutan.
"Hasil utama tambak ini harus terus dikembangkan, supaya tambak ini bisa menjadi contoh kampung budidaya yang semakin meningkat produktivitasnya. Untuk itu KKP melalui DJPB melakukan pendampingan teknologi pada kegiatan polikultur tersebut untuk meningkatkan nilai tambah," kata Trenggono.
Dia optimistis hasil budi daya rumput laut di tiga desa, yakni Desa Kupang, Desa Kedungpandan, dan Desa Permisan mampu menembus pasar ekspor seiring tingginya permintaan rumput laut di pasar global. Rumput laut sendiri termasuk dalam komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia.
"Yang penting dan yang harus diperhatikan adalah kesejahteraan para masyarakat pembudi daya, kita juga akan hadirkan BLU untuk dapat membantu mengatasi kendala yang dirasakan dari para pekerja," ujarnya.
Selain melakukan pencanangan Kampung Budi Daya Rumput Laut, Menteri Trenggono didampingi Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP Tb. Haeru Rahayu dan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali melakukan panen hingga pengemasan rumput laut.
Dalam kunjungan kerja tersebut diserahkan juga bantuan pemerintah berupa benih ikan, paket bioflok, dan motor roda tiga.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali (Gus Muhdlor) mengapresiasi dukungan KKP dalam meningkatkan produktivitas para petani tambak di Desa Kupang ini.
"Dukungan dari Menteri KKP ini sangat baik kedepannya, karena Grasilaria di Desa Kupang, ini salah satu potensi untuk ekspor cukup tinggi dan sudah ditetapkan menjadi daerah desa devisa di Kabupaten Sidoarjo," katanya.
Di sisi lain masih membutuhkan perhatian lebih termasuk salah satunya infrastruktur, penilitian tentang bagaimana kemudian grasilaria ini bisa lebih optimal.
"Karena selama ini masih hanya ada di tiga desa,yakni desa Kupang, Kedungpandang dan permisan ini harus diperbanyak lagi, sehingga cakupan hasilnya lebih banyak," katanya.
Ketua Kelompok Pembudi daya Ikan (Pokdakan) Samudera Hijau Satu H.Mustofa mengatakan rumput laut jenis Gracilaria sp tersebut berhasil dikembangkan pembudidayaanya di lahan tambak seluas 800 hektare oleh petani setempat.
"Rata-rata produktivitas rumput laut yang dikembangkan Pokdakan Samudera Hijau Satu kurang lebih sebanyak 15 ton per hektare. Apabila dikalkulasi dengan harga Rp7.000 per kilogram dalam waktu 45 hari masyarakat dapat meraup keuntungan bersih hingga Rp13 juta (per siklus), atau sekitar Rp8,75 juta per bulan," katanya.