Surabaya (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Surabaya mengenalkan ratusan bunga anggrek Semeru melalui kegiatan "Anggrek Virtual Tour" yang menjadi salah satu program Festival Literasi Semeru (FLS) 2022 pada puncak milad ke-38 kampus setempat, Rabu.
Selain Anggrek Virtual Tour, pada puncak milad ke-38 tersebut UM Surabaya menggelar Sekolah Alam Raya hingga Gerakan Semeru Sehat di Desa Sumber Mujur, Kecamatan Candi Puro, Kabupaten Lumajang.
"Anggrek Virtual Tour adalah agenda mengenalkan berbagi jenis anggrek dan cara teknis membudidayakannya. Acara dipandu oleh warga lokal yang sudah bertahun-tahun bergelut dengan anggrek dibantu oleh para relawan Matana (Mahasiswa Tanggap Bencana)," ujar Manager Director FSL 2022, Radius Setiyawan.
Saiful Amiri, warga lokal yang juga aktivis konservasi anggrek menjelaskan berbagai jenis bunga tersebut, terutama kondisinya pascaerupsi Semeru. Dia juga menyebutkan kurang lebih ada 242 jenis anggrek yang ada di Semeru.
"Pascaerupsi Semeru saya melakukan pemantauan kondisi anggrek di gunung. Terpantau kondisinya tidak terlalu terganggu. Saya bersama beberapa relawan mahasiswa menyusuri gunung melihat satu persatu habitatnya. Berbagai anggrek yang unik dan menarik kita temui di sana," ujar Cak Saif panggilan akrab Saiful.
Saif juga menambahkan bahwa dari ratusan anggrek yang ada, ada tiga jenis yang menarik perhatian, yakni jenis anggrek terkecil di dunia, Anggrek Permata dan Anggrek Hantu.
"Corybas Pictus merupakan salah satu jenis Anggrek terkecil di dunia. Bentuknya kecil berwarna hijau dan merupakan salah satu jenis tanaman yang langka," ujar Saif.
Relawan Matana UMSurabaya Syahril Ali Syabana juga ikut menjelaskan tentang Macodes Petola atau orang menyebutnya Anggrek Permata dengan ciri khas urat daun menyemburkan kilauan seperti permata, terutama pada malam hari.
"Jenis tanaman ini pada tahun 1990 adalah salah satu jenis tanaman yang paling diburu. Sehingga pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menyatakan status tanaman jenis tersebut dilindungi," ujar Syahril.
Sedangkan jenis satunya adalah Chilostita Javanica atau Anggrek Hantu. Jenis tanaman ini tidak mempunyai daun dan hanya mempunyai akar dan bunga kecil.
"Nama hantu disematkan karena tanaman tersebut mudah menyamar. Hal tersebut bagian dari adaptasi. Selain itu juga, penampakan bunganya menyerupai sosok hantu," katanya. (*)