Banyuwangi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus menggalakkan gerakan menuju sungai yang bebas sampah melalui Festival Kali Bersih, dan seluruh kecamatan bergerak bersama membersihkan sungai di wilayahnya masing-masing.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengemukakan program ini sebagai bagian dari upaya menuju pola hidup masyarakat menjadi lebih bersih dan sehat, termasuk di dalamnya dengan mewujudkan sungai yang bersih.
"Ini merupakan salah satu cara untuk turut mengubah pola hidup menjadi lebih bersih. Kami dorong dengan berbagai cara," kata Bupati Ipuk saat membuka Festival Kali Bersih di Sungai Bagong, Kelurahan Sobo, Kecamatan Kota Banyuwangi, Jumat.
Dengan terjadinya perubahan hidup yang lebih bersih, Ipuk berharap akan menimbulkan dampak yang luas, dan tidak sekadar pada kebersihan lingkungan saja. Tapi, dengan lingkungan yang bersih, situasi akan nyaman, wisatawan hadir, lalu muncul aktivitas ekonomi dan seterusnya.
Salah satu bagian yang kerap menjadi sasaran dari pola hidup yang tidak menjaga kebersihan adalah sungai. Oleh karena itu, menurut Ipuk, Festival Kali Bersih perlu dilakukan, dan dengan festival diharapkan dapat menggugah kesadaran warga sepanjang sungai untuk terlibat menjaga kebersihannya.
"Kita harus bersama-sama dengan masyarakat untuk menjaga sungai. Tidak mengotori sungai dengan membuang sampah dan limbah. Atau menjadikan sungai sebagai MCK," tutur Ipuk.
Festival ini merupakan gerakan bersama antara pemerintah dengan segenap elemen masyarakat di seluruh kecamatan di Banyuwangi. Mereka gotong royong membersihkan sungai dari sampah plastik dan non-organik lainnya.
"Ini gerakan yang tidak sebatas seremonial saja. Tapi, akan berjalan secara reguler, terutama dalam mengedukasi warga," kata Bupati Ipuk.
Kepala Dinas PU Pengairan Kabupaten Banyuwangi, Guntur Priambodo mengatakan gerakan bersih-bersih sungai ini telah dilakukan secara reguler melalui koordinator sumber daya air di masing-masing wilayah kerjanya.
"Setiap pekan kita melakukan bersih sungai. Dengan melibatkan seluruh Korsda dan para pengguna air di sepanjang aliran sungai. Termasuk kelompok-kelompok tani," katanya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi Dwi Handayani mengemukakan potensi sampah di Banyuwangi masih cukup tinggi.
Pada 2021, potensi tersebut mencapai 448 ribu ton per tahun. Dari potensi tersebut, 34 persennya berupa sampah anorganik yang didominasi plastik yang mencapai 45 persen.
"Sebagian sampah plastik ini dibuang ke sungai dan kemudian mencemari pantai. Inilah yang harus dihentikan. Sebagaimana target yang ditetapkan oleh bupati. Pada 2025 telah ada pengurangan 30 persen sampah di Banyuwangi. Serta 70 persennya dapat dikelola dengan baik," paparnya.
Untuk penanganan sampah di Banyuwangi sendiri, telah dilakukan kerja sama dengan sejumlah pihak. Di antaranya dengan non-government organitation (NGO) Systemiq Lestari Indonesia dalam menangani sampah di sungai dan kawasan pantai di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar.
"Program yang dimulai sejak 2018 ini, akan ditingkatkan skalanya. Insya-Allah dalam waktu dekat akan segera diluncurkan kerja sama baru yang menyasar sekitar lima kecamatan," ujarnya.
Dalam kegiatan itu, juga dilakukan penebaran 20 ribu benih ikan tombro secara serentak untuk perbaikan ekosistem di sungai. (*)