Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mangatakan, pejabat maupun Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan pemerintah kota setempat mestinya malu di wilayahnya masih ada balita stunting dan gizi buruk.
"Kita digaji dengan uang APBD melalui pajaknya masyarakat Surabaya. Maka, sudah kewajiban kita untuk membahagiakan masyarakatnya. Tapi, sampai hari ini, kita masih jauh belum bisa membahagiakan masyarakat Surabaya," kata Wali Kota Eri Cahyadi di Surabaya, Jumat.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu pun berkaca kepada para pekerja sosial atau orang-orang yang telah mengorbankan jiwa raganya untuk Kota Pahlawan. Menurut dia, meski mereka bekerja tidak digaji, tapi mau berjuang ikhlas dan tanpa pamrih untuk warga Kota Surabaya.
"Ketika kita sudah memiliki tempat (kerja) enak, ketika kita memiliki gaji yang tepak (tinggi), tapi kalau kita masih kalah dengan mereka, itu namanya kebacut (keterlaluan) pejabat struktural di Kota Surabaya," katanya.
Terlebih pula, kata dia, ketika pejabat atau ASN di pemkot itu akan berbuat sesuatu ke masyarakat masih memikirkan berapa gaji yang diterima. Tentu saja, bagi Eri, pejabat yang demikian tersebut sudah keterlaluan.
"Kalau kita sudah melihat seperti ini (gaji), harusnya kita malu. Harusnya kita letakkan harga diri kita sebagai pejabat-pejabat di Pemkot Surabaya," ujarnya.
Maka dari itu, Wali Kota Eri berharap kepada seluruh pejabat dan ASN di lingkup Pemkot Surabaya agar terus berbenah diri. Dia pun ingin agar seluruh ASN itu juga belajar kepada para pekerja sosial yang lebih pantas disebut Pahlawan bagi warga Kota Surabaya.
"Belajar bagaimana menghargai dan menghormati orang lain dengan hati kita, dengan kekuatan yang kita punya, saya pun pribadi akan belajar. Karena tidak selamanya (membahagiakan orang lain) itu dengan uang dan tidak selamanya dengan harta," katanya.
Eri mengatakan, untuk membangun Surabaya yang hebat, maka harus dilakukan dengan gotong-royong kebersamaan. Juga, ada rasa empati dan hati yang ikhlas untuk membangun Surabaya. Ia meyakini, seluruh elemen di Kota Pahlawan memiliki akan hal itu.
"Kita tunjukkan kepada seluruh kota di Indonesia, kepada dunia, bahwa Surabaya hebat bukan karena wali kota atau pejabatnya. Tapi karena ikhlas dan empati yang dimiliki warganya," katanya. (*)