Surabaya (ANTARA) - Unicef bersama Jurnalis Sahabat Anak (JSA) menggelar kegiatan selebrasi Hari Anak se-Dunia dengan tema "Dengarkan Anak Muda" di Balai Pemuda, Kota Surabaya, Jatim, Sabtu.
CFO Unicef Surabaya Ermi Ndoen mengatakan, dalam peringatan World Children's Day atau Hari Anak se-Dunia, setiap tahunnya anak-anak diberi kesempatan menyuarakan suara dan aspirasinya.
"Anak-anak ini adalah pemimpin masa depan. Karena itu suara anak-anak ini sangat penting," ujar Ermi saat membuka selebrasi Hari Anak se-Dunia.
Saat pandemi, lanjut dia, anak-anak lebih banyak beraktivitas di rumah. Meskipun demikian bukan berarti mereka berhenti melahirkan kreativitas. Anak-anak dikatakan Ermi sangat optimistis dunia akan lebih baik.
Ermi berpesan, anak-anak harus percaya bahwa suara mereka didengar. "Jangan takut menyuarakan hak-hakmu dan aspirasimu," ujar Ermi.
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Surabaya Ikhsan menuturkan, tentang kisah anak kerang dan ibu kerang. Anak kerang mengadu ke ibunya bahwa banyak pasir yang masuk ke badannya dan membuatnya perih.
Ibu kerang pun tidak bisa berbuat banyak selain meminta anaknya bersabar. Si anak kerang pun patuh pada sang ibu meskipun menanggung perih. Setelah bertahun-tahun, pasir-pasir tadi semakin menumpuk hingga akhirnya menjadi mutiara yang sangat indah.
"Ini juga yang akan dialami anak-anak ini. Meskipun saat ini menghadapi kondisi yang kurang menyenangkan, namun jika bisa menyikapinya dengan tepat, maka mereka akan terasah dan kuat. Inilah kualitas yang dibutuhkan sebagai pemimpin dunia," ujarnya.
Hari Anak se-Dunia tahun ini di Surabaya diselenggarakan selama dua hari. Untuk hari pertama, anak-anak dari Surabaya, Jombang, Bangkalan dan Pamekasan menggelar rapat pleno yang menghasilkan kesepakatan suara anak di masa pandemi.
Beberapa rekomendasi yang disampaikan anak-anak dari berbagai kota di Jawa Timur di antaranya berharap kepada pemerintah untuk memberikan pendidikan parenting kepada orang tua dan calon orang tua serta memberikan pelatihan, fasilitas, dan modal berwirausaha untuk mengurangi angka Perkawinan Usia Anak (PUA).
Kemudian anak-anak Jawa Timur juga berharap pemerintah dapat memberikan penanganan khusus kepada pelaku dan korban kekerasan serta pelecehan seksual dan memperluas akses pelaporan dengan aplikasi khusus.
"Kami anak Jawa Timur berharap pemerintah mengoptimalkan pendataan, fasilitas penunjang hidup bagi anak yang ditinggal orang tuanya akibat COVID-19, memberikan pekerjaan bagi orang tua, serta memberikan beasiswa khusus kepada anak yang kurang mampu secara ekonomi untuk mengurangi angka putus sekolah, eksploitasi anak, dan anak terlantar," ujar Neysa Christiana dari Forum Anak Surabaya.
Selain itu, lanjut Nesya, mereka juga ingin ada teman curhat yang bisa memberikan saran di tengah masa pandemi. Selain menggelar pleno anak, mereka juga mendapat pelatihan soft skill public speaking yang akan bermanfaat bagi mereka di masa mendatang.
Selain itu ditampilkan pula pembacaan puisi serta seni khas Surabaya, Kidung Jula-Juli serta pembacaan puisi anak di tengah pandemi.(*)