Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai sektor petrokimia menjadi salah satu industri yang masih menguntungkan dan potensial untuk diinvestasikan pada 2022.
Kami melihat beberapa indikator di industri petrokimia menunjukkan peningkatan di 2021 seperti polyethylene dan polypropylene yang volume impornya secara kumulatif meningkat dari Januari hingga September, kata Josua dalam Webinar Economic Outlook yang diselenggarakan Permata Bank di Jakarta, Rabu.
Kendati industri petrokimia sempat mengalami penurunan pada kuartal III 2021 karena pembatasan mobilitas, Josua menilai permintaan terhadap petrokimia akan kembali pulih secara bertahap seiring dengan pemulihan ekonomi.
Namun, tantangannya adalah kenaikan harga nafta akibat kenaikan harga minyak dunia selain juga potensi penurunan rupiah karena tapering yang menimbulkan risiko peningkatan biaya produksi karena sebagian besar bahan baku di Industri petrokimia diimpor, ujarnya.
Industri kedua yang menurut Josua masih menguntungkan pada 2022 adalah industri otomotif karena penjualan pada industri tersebut telah pulih. Secara kumulatif, sejak Januari hingga September 2021, penjualan kendaraan roda empat tercatat tumbuh 68 persen dan penjualan kendaraan roda dua meningkat 31 persen. Ia memperkirakan pada tahun depan, baik untuk kendaraan roda empat dan roda dua akan tumbuh dengan cepat meskipun belum akan mencapai level sebelum pandemi COVID-19.
Pada dasarnya penjualan kendaraan roda empat sebelum pandemi mencapai 1 juta unit sedangkan tahun depan di sekitar 906 ribu unit dan roda dua sekitar 5,17 juta unit, ungkapnya.
Kemudian industri lainnya yang diprediksi masih akan menguntungkan adalah industri semen karena proyek konstruksi masih terus berlanjut di Indonesia.
Permintaan datang dari properti dan konstruksi dan juga pemerintah masih mengalokasi jumlah yang besar untuk proyek infrastruktur. Sehingga hal tersebut berhubungan dengan pertumbuhan positif industri semen, jelasnya.
Selain itu, sektor perunggasan masih akan menguntungkan di 2022 karena performanya yang jauh lebih baik selama 2021 dibandingkan 2020 meskipun sempat turun pada kuartal III 2021 karena dampak pembatasan mobilitas masyarakat.
Sektor unggas masih tumbuh 2,5 persen dan beberapa indikator juga meningkat dan sejalan dengan industri food and beverages yang juga meningkat dua bulan terakhir, kata dia.
Adapun Josua memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2022 akan berkisar pada angka 4,7 persen dan bergantung pada implementasi UU Cipta Kerja untuk mendatangkan investor. (*)