Surabaya (ANTARA) - Pakar Manajemen SDM Universitas Airlangga Dr. Falih Suaedi menilai langkah Wali Kota Surabaya melakukan asesmen untuk kebutuhan pengisian beberapa jabatan di perangkat daerah Pemkot Surabaya, sebuah langkah progresif.
"Ini sebuah langkah progresif, meski sebenarnya pengisian jabatan merupakan hak perogratif wali kota," kata Falih Suaedi di Surabaya, Rabu.
Menurut dia, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi tengah mencari semacam second opinion atau pendapat kedua untuk mengisi jabatan. Hal itu didapat dengan cara asesmen yang melibatkan lembaga independen dan dilakukan secara netral.
Sebenarnya, lanjut dia, mengisi jabatan ini haknya wali kota melalui pembahasan bersama Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat). "Nah asesmen ini bagian dari second opinion di luar birokrasi. Itu langkah progresif dan bagus serta fair," ujar Falih.
Mantan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair periode 2015-2020 ini mengatakan, untuk memilih pejabat menduduki jabatan sesuai karakter seseorang itu sangat sulit. Salah satu caranya adalah dengan asesmen, karena di dalamnya ada tes-tes yang harus dilalui, termasuk tes psikologi dan wawancara.
Jika ingin lebih modern lagi, kata Falih, bisa menggunakan prinsip penilaian kinerja 360 derajat, yakni asesmen yang lebih detail lagi unsurnya dengan melibatkan kolega hingga bawahan pejabat yang melakukan asesmen.
"Untuk mencari karakter yang sesuai dengan pekerjaan itu tidak mudah. Dengan tes psikologi dan wawancara saja kurang. Harus melibatkan kolega pejabat yang bersangkutan hingga anak buah atau stafnya. Caranya dengan membuat kuesioner atau wawancara langsung. Itu lebih akurat lagi, karena sulit untuk bisa bohong," ujarnya.
Prinsip 360 derajat ini, kata Falih, sudah diterapkan untuk sertifikasi dosen. Sehingga yang diasesmen bukan hanya dosen yang bersangkutan, tapi juga kolega dosen lainnya hingga mahasiswanya.
"Sekali lagi, ini merupakan langkah positif wali kota yang harus diapresiasi. Karena mencari pejabat yang bukan sekadar berdasarkan kompetensi ijazah atau pelatihan-pelatihan tapi juga berdasarkan bakatnya. Memang mencari pejabat yang karakter individu dengan karakter pekerjaanya itu klop susah," katanya.
Jika hanya berdasarkan syarat-syarat normatif, kata Falih, badan kepegawaian memiliki rapor yang lengkap. Namun wali kota tak ingin hanya syarat-syarat normatif itu, tapi dipilih pejabat yang sesuai karakter individu dengan pekerjaannya.
"Jadi asesmen ini sudah sangat tepat, meskipun masih bisa dipertajam lagi dengan prinsip 360 derajat," katanya.
Jika sudah mendapat pejabat seperti yang diinginkan wali kota, lanjutnya, team work dalam bekerja akan terbentuk. Apalagi Eri Cahyadi berulang kali menyatakan di media, jika Surabaya dibangun berdasarkan gotong royong, dibangun bersama-sama dan bukan one man show.
"Kepemimpinan team work itu kepemimpinan yang modern. Tapi itu tidak mudah. Wali kota harus pandai merangkul semua untuk bekerja bersama-sama. Mulai dari yang paling bawah yakni RT, RW, lurah, camat, kepala dinas, asisten, sekda yang mau bekerja bersama," katanya.
Hasil kerja secara sinergi, lanjutnya, hasilnya akan menjadi lebih luar biasa, bukan 1 + 1 hasilnya 2, tapi bisa 8 atau bahkan 10.
"Sekarang ini, jika ada kepala daerah yang mengaku programnya sukses karena dia, itu tidak mungkin. Pasti ada orang-orang disekitarnya juga ikut bekerja keras. Wali Kota Surabaya telah mengambil langkah untuk bekerja bersama-sama. Dan itu sudah benar," katanya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya mengatakan banyaknya jabatan kepala perangkat daerah (PD) yang sejak lama kosong di Pemkot Surabaya akan terisi akhir September 2021.
"Nanti Insya Allah yang kosong-kosong kami lakukan asesmen dulu. Jadi kalau bisa di akhir September 2021 atau di minggu ketiga September itu kami sudah bisa mengisi (PD) yang kosong-kosong," kata Eri. (*)
Pakar: Asesmen untuk pengisian pejabat di Pemkot Surabaya sebuah langkah progresif
Rabu, 29 September 2021 18:44 WIB
Ini sebuah langkah progresif, meski sebenarnya pengisian jabatan merupakan hak perogratif wali kota