Surabaya (ANTARA) - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Probolinggo Dr. Heri Rifhan Halili, M.Pd.I., membagikan cara mengelola panik di masa pandemi dengan religious coping kepada pensiunan PLN se-Jawa Timur melalui webinar.
Dr. Heri Rifhan Halili dalam keterangannya Jumat mengatakan salah satu cara utama mengelola panik adalah dengan religous coping, yang menurut para ahli psikologi diartikan sebagai upaya memahami dan mengatasi sumber-sumber stress dengan cara mempererat hubungan dengan Tuhan.
"Kedekatan kita kepada Allah akan menjadi benteng pertahanan yang sangat kuat untuk menghambat datangnya stressor. Banyak penelitian ilmiah menyebutkan bahwa agama sangat berperan dan dibutuhkan utamanya saat seseorang mendapati dirinya tidak mampu menghadapi kenyataan, atau saat menginginkan sesuatu yang tidak bisa didapatkan dari sesama manusia," ujarnya.
Menurutnya, agamalah yang justru bisa menjadi sandaran yang sangat kokoh bagi seseorang dalam menghadapi keadaan yang penuh dengan ketidakpastian.
Lebih lanjut Doktor Heri menyampaikan, salah satu hal mendasar yang menjadi strategi dalam mengelola panik berdasarkan nilai-nilai agama, adalah dengan menguatkan tawakkal, menghadirkan rasa ridho atas segala ketentuan Allah dalam musibah yang menimpa.
"Hadapilah musibah itu bukan dengan kalimat 'kenapa harus saya?', 'kenapa harus suami saya?' kenapa harus istri saya?', 'kenapa harus orang tua atau anak-anak saya?'.Tapi sambutlah musibah itu langsung dengan kalimat 'Inna Lillah Wa Inna Ilaihi Roji’un', sesungguhnya kita ini milik Allah, dan kita juga akan kembali kepada-Nya. Kalimat istirja’ inilah yang membawa ketenangan, kedamaian, dan ketegaran, yang justru akan meningkatkan imunitas, membawa pada kesehatan jiwa dan raga seseorang," katanya menjelaskan, dengan mengutip firman Allah dalam QS. Al-Baqoroh ayat 155-157.
Lebih jauh pria yang juga aktif membina pengajian di berbagai majelis ta’lim ini menambahkan, bahwa untuk semakin menguatkan rasa ridho atas ketetapan ujian Allah, maka seseorang perlu merenungkan tentang hak mutlak Allah atas hamba-hamba-Nya dan seluruh alam semesta.
“Mari kita renungkan, jika ada teman kita memiliki mobil, tetangga kita punya rumah, maka dengan penuh kesadaran kita menyatakan bahwa pemilik mobil atau rumah itu berhak melakukan apapun atas yang dimilikinya, apakah dia mau memilih mobil dengan warna tertentu, memasang asesoris, rumahnya mau dicat warna apa, dimodel bagaimana, kita pun mengakui dan mengahargai haknya," ucapnya.
"Maka seharusnya jauh lebih dari itulah juga pengakuan dan penghargaan kita atas hak Allah SWT. Kepada hamba-hamba-Nya, apa saja ketetapan Allah itulah yang terbaik, dan Allah tidak akan mendzolimi hamba-Nya. Makan jika kepada hak manusia saja kita bisa fair mengakui dan menghargai haknya, maka apalagi kepada Allah SWT. Yang hak-Nya bersifat mutlak berbeda dengan hak manusia yang terbatas," tuturnya menambahkan.
Doktor Heri menjelaskan, keyakinan untuk ridho dan berserah diri kepada Allah inilah yang akan menghadirkan banyak hal positif pada diri seseorang.
"Rasa ridho kepada Allah akan membangkitkan optimisme, sehingga muncul perasaan yang positif seperti tenang, nyaman, merasa aman, bahagia, dan terus semangat berikhtiar bangkit dari musibah yang menimpa," ujar pria yang juga menjadi pengasuh program Tilawah By Phone Radio Suara Muslim Surabaya ini.
Sementara Ketua Ikatan Keluarga Pensiunan/IKA PLN Daerah Jatim Dyananto mengatakan, pihaknya terus mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, khususnya sebagai penguatan di masa pandemi.
"Sebelumnya kami juga mengadakan webinar mengelola panik dari sisi medisnya, dan kali ini kami juga ingin mendapat pencerahan mengelola panik dari sisi spiritual dengan menghadirkan Narasumber Pakar Keagamaan, untuk semakin memberikan rasa tenang, dan mengupayakan kesehatan lahir batin bagi para Pensiunan PLN se-Jawa Timur" ujar pria yang pernah menjabat sebagai General Manager PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara tersebut. (*)