Surabaya (ANTARA) - Seorang ibu rumah tangga bernama Vita, warga Pogot Baru Gang Karya Bakti Nomor 64 Kota Surabaya, terpaksa menggadaikan kartu Program Keluarga Harapan (PKH) miliknya untuk menyambung hidup keluarga.
"Yang saya gadaikan kartu ATM PKH untuk pengambilan bantuan. Saya gadaikan Rp500 ribu ke seseorang, nanti saya nebusnya Rp550 ribu," kata ibu berusia 33 tahun itu saat dikunjungi Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya Anas Karno di rumahnya, Senin.
Vita mengatakan langkah itu terpaksa dilakukan lantaran suaminya yang biasanya berjualan pentol di Sekolah Wachid Hasyim, tidak bisa berjualan sejak ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
"Selama ini kan sekolah Wachid Hasyim tempat suami saya mangkal tutup karena sekolah daring. Jadinya pendapatan suami berkurang jauh," ujarnya.
Untuk menyambung hidup, Vita bersama suami dan empat anaknya terpaksa menggadaikan kartu PKH ke seseorang secara sembunyi-sembunyi. Kartu PKH tersebut digadaikan sejak 21 Juni 2021.
"Jatuh temponya sebulan setelah itu. Sampai sekarang saya belum bisa menebusnya. Jadinya saya tidak bisa ambil bantuan dari pemerintah, seperti bantuan beras beberapa waktu lalu," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi A DPRD Surabaya Anas Karno saat mengunjungi dan memberikan bantuan kepada warga tersebut mengungkapkan rasa keprihatinannya.
"Saya dapat pesan WA (WhatsApp) dari warga ini dan prihatin atas kondisinya. Untuk makan saja sampai harus menggadaikan kartu PKH," ujarnya.
Politikus PDIP Surabaya ini berharap kepada pemerintah kota untuk lebih memberikan perhatian kepada keluarga yang terdampak pandemi COVID-19, terutama di masa PPKM.
"Mereka kondisinya sekarang benar-benar sulit," katanya.
Ia juga berharap semua pihak untuk saling bantu meringankan beban warga terdampak. "Semoga pandemi ini segera berakhir agar kehidupan warga kembali normal. Tidak lagi dalam kondisi kesulitan ekonomi," katanya.
Seorang ibu di Surabaya terpaksa gadaikan kartu PKH demi sambung hidup
Senin, 26 Juli 2021 17:26 WIB