Surabaya (ANTARA) - Seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Univeritas Airlangga Surabaya yang sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dr. Gesti Wira Nugrayekti (25) dilaporkan meninggal dunia pada Kamis (22/7) karena terpapar COVID-19 saat hamil.
Dekan FK Unair Prof. Budi Santoso di Surabaya, Jumat, mengatakan setelah bayinya lahir secara terminasi (diputuskan lahir sebelum waktunya), Gesti harus dirawat secara intensif di Ruang Infeksi Khusus (RIK) RSUD dr. Soetomo dan harus berpulang meninggalkan buah hatinya.
"Bagaimanapun kami harus waspada. Pandemi ini belum terkendali. Risiko transmisi tinggi. Demi keselamatan bersama, segala aktivitas yang melibatkan kerumunan harus disiasati," katanya
Prof. Bus, sapaan akrabnya, mengaku merasakan duka mendalam atas kepergian anak didiknya.
"Dokter Gesti adalah salah satu putra terbaik FK Unair. Beliau baru saja diterima sebagai PPDS Anestesi pada periode Januari 2021. Kami merasakan duka cita yang mendalam. Semoga pengabdiannya selama ini diganjar dengan tempat terbaik di sisi-Nya," tuturnya.
Dokter Gesti menyelesaikan SMPN 2 Jember dan SMAN 1 Jember, masing-masing hanya dalam 2 tahun sebagai siswa pilihan yang mengikuti program akselerasi. Jenjang pendidikan dokter ditempuhnya dalam 2012 hingga 2018. Kemudian mengabdi internship selama 1 tahun.
Direktur RSUD dr. Soetomo Surabaya Dr. Joni Wahyuadi menuturkan segala upaya telah dilakukan untuk menyembuhkan Dokter Gesti yang telah dirawat intensif sejak tanggal 4 Juli lalu.
"Segala cara telah kita maksimalkan untuk menyelamatkan adik kita ini, Ananda Gesti. Namun, Tuhan memiliki kehendak lain," ujarnya.
Dokter Gesti merupakan Mahasiswa PPDS dari Departemen Anestesiologi FK Unair Angkatan Tahun 2021. Dia pergi meninggalkan suami serta seorang bayi yang lahir terminasi tanggal 3 Juli lalu.
Keputusan itu diambil karena sehari sebelumnya ia dinyatakan positif COVID-19 dan harus segera menjalani isolasi. Dokter Gesti terpapar dalam kondisi hamil dan sedang menjalani cuti kehamilan.
Sejak dirawat di RIK 1, salah satu angkatan termuda di FK UNAIR ini terus mengalami pemburukan. Tanggal 14 Juli, ventilator dipasang untuk menunjang pernapasannya. Tanggal 15 Juli mengalami gagal jantung akut.
Kemudian tanggal 17 Juli mengalami syock septic dan tanggal 22 dinyatakan meninggal pukul 17.46 WIB di RIK1 RSUD dr. Soetomo.
Setelah menjalani upacara penghormatan terakhir, jenazah dokter kelahiran Jember, 30 September 1996 silam ini, dibawa ke peristirahatan terakhirnya di Jember.